Wanita Terkaya di Negeri Kanguru Beli Peternakan RI di Australia

Great Giant Livestock (GGL), salah satu perusahaan ternak terbesar di Indonesia, memutuskan menjual lahan agar bisa fokus ke daging.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Okt 2017, 06:54 WIB
Wanita Terkaya di Negeri Kanguru Beli Peternakan RI di Australia (Facebook: Willeroo Station)

Liputan6.com, Northern Territory - Perusahaan Hancock Prospecting milik wanita terkaya Australia, Gina Rinehart, kini menambah satu lagi lahan peternakan di Northern Territory untuk sektor usaha daging sapi mereka yang sedang tumbuh. Hancock membeli Peternakan Willeroo milik perusahaan asal Indonesia.

Peternakan Willeroo seluas 171.000 hektar dihuni sekitar 20.000 ekor sapi jenis Brahman. Lokasinya bertetangga dengan Peternakan Aroona yang sebelumnya telah dibeli oleh Hancock Prospecting pada Maret lalu.

Great Giant Livestock (GGL), salah satu perusahaan ternak terbesar di Indonesia, memutuskan menjual lahan tersebut untuk bisa berkonsentrasi pada sektor daging dan bukan peternakan. Demikian seperti dikutip dari AustraliaPlus pada Rabu (11/10/2017).

Hancock Prospecting telah memiliki sejumlah peternakan lainnya di kawasan itu. Seperti Peternakan Riveren dan Inverway di Victoria River District serta penampungan ternak Phoenix Park di daerah Katherine.

Melalui pembelian Peternakan Kidman, Hancock Prospecting bersama mitra asal China, Shanghai CRED, perusahaan ini juga menguasai Peternakan Helen Springs dan Peternakan Brunchilly di utara Tennant Creek.

Rinehart mengatakan bahwa tertarik dengan Peternakan Willeroo milik Indonesia karena, "Kami yakin dapat memberi nilai tambah dan perbaikan pada peternakan ini. Kami akan menerapkan apa yang telah sukses kami lakukan di peternakan Hancock lainnya, yang saat ini sedang dilaksanakan di seluruh peternakan Kidman".

"Willeroo akan melengkapi investasi kami yang berada di utara Australia," katanya.

"Peternakan milik perusahaan Indonesia ini bersebelahan dengan Peternakan Aroona yang kami akuisisi awal tahun ini sehingga memungkinkan kami mengoperasikan dua peternakan sebagai unit bersama," jelas Rinehart.

"Juga karena berada di dekat depot ekspor Phoenix Park, hal ini akan membantu sebagian program musim hujan yang sedang berkembang untuk Riveren dan Inverway serta membantu memberikan kesempatan pasar yang lebih baik untuk peternakan Hancock Beef di Kimberley," tambahnya.

CEO Hancock Agriculture, David Larkin menjelaskan dengan terus berinvestasi dan menerapkan teknologi baru dan program kesejahteraan sapi yang berhasil diujicobakan di peternakan mereka, portofolio daging sapi perusahaan ini akan bertumbuh.

"Ini akan menghadirkan perangkat lebih besar untuk skala manajemen dan ekonomi dengan kesempatan meningkatkan jumlah dan produktivitas saham," katanya.

Sementara itu Peter Watkins, manajer dari Great Giant Livestock, menjelaskan bahwa kawanan sapi Brahman di peternakan miliki perusahaan Indonesia itu merupakan aset menarik bagi Hancock Prospecting.

"Ternak di Willeroo cukup terkenal, ikut dalam campdraft. Mereka dipandang sebagai ternak yang digembalakan dengan kuda," jelasnya.

"Saya kira untuk semua calon pembeli, kawanan ternak Willeroo sangat menarik," kata Watkins.


Banyak Pihak yang Tertarik

Meski manajer dari Great Giant Livestock, Peter Watkins tak bisa mengungkapkan nilai jual peternangan RI itu, namun ia mengatakan ada sejumlah pihak yang tertarik dengan properti tersebut.

"Saya pikir harga jual mencerminkan nilai pasar saat ini di daerah tersebut, dan vendor merasa puas dengan hasilnya," kata Watkins.

"Kami memiliki sejumlah tawaran, banyak peminat. Jelas semua properti yang ditawarkan di kawasan utara mendapat banyak peminat, khususnya dua atau tiga tahun terakhir," jelasnya.

Watkins mengatakan bahwa GGL ingin fokus membeli ternak untuk daging dari penyewaan dan kontrak di Australia utara, namun mengakui kondisi pasar yang sulit menjadi ujian bagi perusahaan tersebut.

"Saya kira semua orang sangat menyadari isu-isu yang ada di Indonesia saat ini, yang didorong oleh masalah kerbau asal India, pasar daging basah, mata uang dan kekuatan pasar ternak Australia," katanya.

"GGL akan terus beroperasi di Australia. Mereka akan terus menjalankan penggemukan dan jumlah aktivitas tersebut di Australia akan bergantung pada kemampuan mereka melakukan perdagangan dan kelangsungan penggemukan di Indonesia," katanya.

"Semua orang mengerti bahwa hal itu sangat sulit saat ini namun GGL selalu mengambil pandangan jangka panjang dan akan terus melakukannya," kata Watkins.

Manajer Peternakan Willeroo selama 12 tahun terakhir, David dan Linda Bowman tidak akan tinggal di peternakan tersebut setelah serah terima ke Hancock Prospecting.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya