Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan ekonomi Indonesia memiliki prospek cerah tahun ini. Salah satunya didorong oleh investasi yang masuk ke dalam negeri.
JK mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 5,1 persen pada 2017. Dalam hal ini, investasi menjadi faktor pendorong ekonomi yang menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Dengan demikian, bisa membuat perekonomian Indonesia menjadi lebih produktif.
Advertisement
"Investasi diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang kuat. Jadi, jika Indonesia ingin mencapai 6 persen pertumbuhan ekonomi pada 2019, rasio investasi terhadap PDB harus sekitar 38 persen," ujar dia dalam sambutan pada Indonesia-Belgium High Level Roundtable Discussion di Federation of Enterprises in Belgium (FEB) seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (11/10/2017).
Menurut JK, Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, agar target pertumbuhan ekonomi tersebut tercapai, pemerintah telah menetapkan target realisasi investasi pada 2018 Rp 863,4 triliun dan pada 2019 Rp 933 triliun.
"Kontribusi investasi terhadap PDB Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Investasi langsung merupakan salah satu pendorong utama ekonomi. Karena itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi 39 persen dari total PDB pada 2019," jelas dia.
Sementara dalam hal lokasi, ujar JK, pemerintah menginginkan lebih banyak investasi di luar Jawa. Oleh karena itu pada 2019, investasi di luar Jawa diharapkan memberikan kontribusi 43,1 persen dari sebelumnya 32,9 persen pada 2015.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
RI Harus Tarik Investasi Rp 799 Triliun
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Untuk menggapai target tersebut tentu butuh kerja keras, di antaranya menarik investasi sebesar Rp 799 triliun dan penyaluran kredit harus mencapai Rp 483 triliun.
"Target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen di 2018 bisa dipandang optimistis. Tapi memang target ini butuh extra effort. Banyak yang harus dilakukan pemerintah dan pihak swasta, serta lainnya supaya situasi makin kondusif," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 11 September 2017.
Kunci mencapai pertumbuhan ekonomi 5,4 persen pada tahun depan, diakui Sri Mulyani, pertumbuhan konsumsi rumah tangga harus di atas 5 persen, yakni targetnya 5,1 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi diharapkan tumbuh 6,3 persen.
"Dibanding outlook sampai akhir tahun ini 5,17 persen, target 5,4 persen di 2018 kenaikannya memang signifikan. Tantangannya menggerakkan investasi yang berasal dari pemerintah, BUMN, pasar modal, perbankan, penanaman modal dari dalam maupun luar negeri, serta korporasi," dia menjelaskan.
Selain konsumsi dan PMTB, Sri Mulyani menuturkan ada beberapa syarat utama untuk bisa mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen. Pertama, pertumbuhan kredit. Penyaluran kredit di tahun depan perlu mencapai Rp 483 triliun atau naik dibanding tahun ini yang diperkirakan Rp 370 triliun demi mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen.
Kedua, investasi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menteri Keuangan akan tetap berkoordinasi dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno agar perusahaan pelat merah mampu mengoptimalkan neraca keuangannya untuk ekspansi guna mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
"Ketiga di pasar modal, list dari perusahaan yang akan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang melakukan rights issue diharapkan dapat mendorong investasi di pasar modal dengan kontribusi mencapai Rp 855 triliun di 2018," ucap Sri Mulyani.
Terakhir dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), lanjutnya, diharapkan mampu berkontribusi terhadap belanja modal sebesar Rp 799 triliun. Kinerja pertumbuhan PMA dan PMDN di 2015-2017 mencapai share 14,5 persen atau tumbuh kuat dengan upaya pemerintah menjaga iklim investasi.
"Jadi 5,4 persen di 2018 masih bisa dicapai, tapi perlu kerja keras. Pertumbuhan kredit harus mencapai 13-15 persen, pasar modal dengan perusahaan yang Innitial Public Offering (IPO) tumbuh 10-15 persen, capex BUMN Rp 523 triliun, serta PMA dan PMDN yang harus tumbuh sekurang-kurangnya 17-19 persen. Itu prasyarat untuk mencapai 5,4 persen di 2018," pungkas Sri Mulyani.
Advertisement