Liputan6.com, Jakarta - PT Regio Aviasi Industri (RAI) tengah mengembangkan pesawat asli buatan dalam negeri yakni R-80. Nilai investasi yang digunakan untuk membangun pesawat di atas US$ 1 miliar.
"US$ 1 miliar ke atas, di antara US $1,1 miliar-1,5 miliar," kata Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie, di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Dia mengatakan, dana tersebut digunakan untuk keperluan desain hingga uji terbang."Development cost itu kita membayar engineer untuk membuat desain. Kalau buat pesawat raw material dipasang jadi pesawat," jelas dia.
Baca Juga
Advertisement
Proses pembuatan pesawat sangat rumit, misalnya saja untuk desain. Pembuatan desain tidak hanya sekadar gambar, melainkan juga pengujian.
"Kita tidak bisa membuat pesawat kalau enggak ada desainnya, dan bukan sekadar gambar, diuji. Dan gambarnya lebih dari sejuta. Kalau kita pretelin banyak sekali. Parts (komponen) kalau lihat pesawat dipretelin jadi 1 juta parts," jelas dia.
Tidak hanya itu, untuk pembuatan pesawat juga mesti melewati berbagai tahap. Antara lain, purwarupa hingga uji terbang.
"Dan semuanya gambar, dan semua dihitung. Bisa dibayangkan betapa kenapa US$ 1 miliar, dan tidak semua untuk engine, ada pengujian, membuat purwarupa, membuat sertifikasi, uji terbang," tukas dia.
Sebelumnya, Ilham menjelaskan bahwa R-80 akan direalisasikan tahun 2019 dan diserahkan kepada pelanggan tahun 2021. Saat ini, sudah ada pesanan untuk 155 unit pesawat.
Pesawat R-80 punya sejumlah kelebihan. Diantaranya, kapasitas penumpang lebih banyak, yakni 80 hingga 90 penumpang. Selain itu, R-80 lebih hemat 15 persen dalam konsumsi bahan bakar dibanding kompetitornya ATR 72-600 buatan Prancis-Italia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: