Ketika Anak-Anak Perempuan Sedunia Sampaikan Kritik lewat Tarian

Kebebasan yang dirayakan pada Hari Anak Perempuan Sedunia adalah, kebebasan mereka dari kekerasan dan ancaman.

oleh Nilam Suri diperbarui 11 Okt 2017, 13:30 WIB
Kebebasan yang dirayakan pada Hari Anak Perempuan Sedunia adalah, kebebasan mereka dari kekerasan dan ancaman. (Via: Facebook/Global Goals)

Liputan6.com, Jakarta Hari ini, 11 Oktober, diperingati sebagai Hari Anak Perempuan Sedunia (International Day of The Girl Child). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan hal ini sejak 2012 lalu.

Ada jutaan cara untuk memperingati Hari Anak Perempuan Sedunia, dan menarik fokus pada isu-isu yang menyelubungi mereka. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh proyek Global Goals dari PBB, melalui video.

Tahun 2016 lalu, mereka membuat video parodi lagu hit dari girl band terbesar yang pernah ada, Spice Girl, yaitu "Wannabe". Video ini viral dengan pencapaian lebih dari 200 juta views, dan menyandang hashtag #WhatIReallyReallyWant.

Video tahun ini memiliki pesan yang sedikit berbeda. Tidak lagi merayakan serunya menjadi perempuan, video yang menggunakan lagu bintang pop, Beyonce ini menyuarakan pemberdayaan dengan pesan yang lebih menantang.

Video yang menjadi bagian dari program #FreedomForGirls, menampilkan anak-anak perempuan (dari berbagai negara dan ras) menari dengan menggunakan lagu Freedom dari Beyonce. Tarian mereka diiringi dengan fakta-fakta mengejutkan tentang isu-isu yang mengancam mereka, seperti perkawinan anak, kekerasan rumah tangga, HIV, dan mutilasi alat kelamin.

Video ini juga mengangkat beberapa fakta statistik, seperti 63 juta anak perempuan telah mengalami mutilasi alat kelamin, dan setiap 5 menit seorang anak perempuan mati karena kekerasan.

 


Membuat Perubahan

(via: Facebook/Global Goals)

"Film tahun lalu adalah track nostalgia, untuk merayakan hari jadi ke-20 dari Wannabe dan Girl Power. Tahun ini kami menggunakan anthem protes saat ini, jadi sepertinya tepat untuk merayakan generasi lama dan baru dari perempuan yang tumbuh besar saat ini," ujar MJ Delaney, sang sutradara, melansir Huffington Post UK, Rabu (11/10/2017).

"Mungilnya mereka juga bisa menampilkan kemarahan dengan baik. Tidak sering kita melihat anak-anak perempuan mengamuk. Kita sudah terlalu terbiasa melihat mereka ditampilkan dengan manis dan penuh tawa," lanjutnya lagi, sambil mengatakan bahwa memang itulah yang dilakukan oleh anak-anak perempuan ini di balik kamera. "Namun bukan berarti mereka tidak perlu didukung untuk berharap lebih dan menuntut kesetaraan."

Delaney mengatakan, walau saat ini ada sangat banyak ancaman yang mengepung anak perempuan, dia juga merasa optimistis. Proyek yang dilakukannya bersama Global Goals dari PBB memang berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman-ancaman terbesar yang dihadapi oleh anak-anak perempuan saat ini.

"Ambil contoh isu yang kita angkat dalam video 'Freedom' ini. Kenya sudah mengalami penurunan angka mutilasi alat kelamin wanita, dari 41 persen jadi 11 persen di tahun-tahun terakhir," jelasnya sambil memperingatkan, praktik ini masih banyak terjadi, dan butuh perhatian khusus agar segera dihentikan.

"Global Goals hadir dan mereka bekerja. Dan jika kita tetap mendukung mereka, mendampingi mereka, dan mendorong para pemimpin dunia untuk memberi perhatian, hal-hal yang menakjubkan bisa dicapai untuk kehidupan anak-anak perempuan ini pada tahun 2030," jelasnya lagi.

Sebagai bagian dari Hari Anak Perempuan Sedunia, anak-anak perempuan akan mengambil alih posisi lebih dari 600 pemimpin di 60 negara. Salah satunya di Indonesia, lewat program Sehari Jadi Menteri, dimana anak perempuan menggantikan posisi Menteri Yohana Yembise untuk hari ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya