Liputan6.com, Nusa Dua - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengharapkan status Awas Gunung Agung tidak berlangsung lama. Pasalnya, kondisi alam yang tidak menentu itu memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan asing ke Bali.
Menurut Ketut, waktu inap turis asing di Bali yang biasanya selama lima hari, memendek hanya menjadi dua sampai tiga hari saja walau mereka tinggal di zona aman. Selebihnya, mereka memilih eksodus ke destinasi lain. Mayoritas memilih Banyuwangi, Jawa Timur, dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Sejak beberapa waktu belakangan ini, sejak status Gunung Agung awas. Bisa terlihat dari Pelabuhan Benoa, Amed, atau Gilimanuk. Rata-rata hampir 5.000 orang per hari," kata Ketut dalam pembukaan Pesona Mandiri Nusa Dua Fiesta di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu malam, 11 Oktober 2017.
Dengan perpendekan waktu tinggal, lanjut dia, otomatis pendapatan menurun. Sebagai solusi, Bali memerlukan destinasi wisata baru yang tidak terfokus pada kawasan Bali selatan saja.
"Untuk mempertahankan itu, kita perlu membangun destinasi wisata di barat, utara, dan timur, sehingga wisatawan tidak susah cari destinasi di sana," kata Ketut.
Salah satu prioritas Pemerintah Provinsi Bali saat ini adalah membangun kawasan wisata di Bali Utara. Ketut berpendapat pengembangan kawasan wisata penting untuk menghilangkan kesenjangan kesejahteraan antara warga Bali selatan dan utara. Jika Bali utara ditinggalkan, ia khawatir tingkat urbanisasi akan semakin pesat dan membuat kawasan Bali selatan semakin tidak nyaman.
Baca Juga
Advertisement
"Traffic di wilayah Bali selatan ini akan semakin padat. Kalau dibiarkan, Bali nanti akan menjadi Jakarta kedua. Wisatawan akhirnya ngekoh ke Bali. Ngekoh itu dalam Bahasa Bali artinya malas," kata Ketut.
Ia berharap International Tourist Development Corporation (ITDC) sebagai BUMN yang bergerak di bidang pengembangan wisata mau turun tangan untuk mengembangkan wisata di kawasan Bali utara. Seperti halnya ITDC mengelola kawasan Nusa Dua.
Di samping itu, pemerintah mengaku sedang mengupayakan pembangunan bandara agar akses wisatawan ke utara Bali semakin mudah. Namun, hal tersebut tak mudah diwujudkan mengingat adanya penolakan dari masyarakat.
"Pak Menteri (Menpar) sudah tanda tangani penlok (penetapan lokasi) tapi ada saja yang tidak setuju. Padahal, hakekatnya pembangunan itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sekarang, biarkan masyarakat yang menilai mana yang baik, mana yang bagus," ucap Ketut.
Direktur ITDC Abdulbar M Mansoer menanggapi permintaan itu dengan terbuka. Ia menyatakan pihaknya kini sedang memfinalkan rancangan pembangunan bali utara. Utamanya memastikan lokasi pembangunan kawasan yang tepat.
"Karena tanah yang kita cari kriterianya tidak mudah. Harus besar. Tapi, sebelum akhir tahun ini, kita akan announce lokasinya dan sudah lengkap dengan kerja samanya," kata lelaki yang akrab disapa Barry itu.
Ia berharap awal tahun depan sudah mulai bisa membuka penjualan (pre-sale) kawasan wisata Bali utara. Di samping itu, ia tetap berupaya meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan ke Nusa Dua. Targetnya, kunjungan wisatawan pada tahun ini bisa lebih dari 15 persen.
Meski ia mengaku Nusa Dua tak terlalu terpengaruh atas status awas Gunung Agung karena berjarak 60 kilometer dari gunung terbesar di Bali itu, pihaknya tetap menyiapkan langkah antisipasi. Salah satu upayanya adalah dengan menggelar Nusa Dua Fiesta dengan konsep berbeda dari tahun sebelumnya.
"The show must go on. Ini memang sedang low season. Justru penyelenggaraan Nusa Dua ini adalah untuk mengangkat jumlah kedatangan yang tahun ini sudah naik 12 persen dari tahun lalu," tuturnya.
Di sisi lain, pihaknya juga terlibat dalam penanganan posko pengungsi Gunung Agung BNPB yang berada di tiga lokasi, yakni Buleleng, Klungkung, dan Karangasem. Hal itu sebagai bagian tanggung jawab atas misi BUMN hadir untuk negeri.
Saksikan video pilihan berikut ini: