Liputan6.com, Jakarta Jika Anda bisa memilih dokter bedah pria atau wanita saat akan melakukan operasi, mana yang akan Anda pilih? Atau apakah jenis kelamin sang dokter tidak ada bedanya?
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal BMJ mencoba menilik hal ini.
Advertisement
Sudah sejak lama, dunia bedah menjadi pekerjaan yang didominasi oleh pria. Awalnya karena tidak banyak wanita yang masuk ke sekolah kedokteran. Kemudian, karena wanita dianggap (oleh para dokter pria) tidak memiliki kestabilan emosi untuk bisa membuat keputusan hidup dan mati yang dibutuhkan di ruang operasi.
Namun dalam laporan terbaru, melansir Health (12/10/2017), ditemukan bahwa, dokter bedah wanita memiliki angka kematian pasien yang lebih rendah, komplikasi yang lebih sedikit, dan tak banyak pasien mereka yang kembali masuk rumah sakit satu bulan setelah dioperasi, jika dibandingkan dengan pasien-pasien dari dokter bedah pria.
Studi ini dilakukan pada semua pasien di Ontario, Kanada, yang pernah dioperasi dari tahun 2007 sampai 2015 (totalnya lebih dari 104.000 pasien), begitu juga dengan dokter mereka.
Dr. Raj Satkunasivam, asisten profesor urologi di Houston Methodist Hospital dan pemimpin penelitian, bersusah-payah mempelajari perbandingan hasil operasi dokter pria dan wanita. Karena operasi adalah bidang yang juga dipengaruhi oleh pengalaman, mereka juga membandingkan para dokter bedah berdasarkan usia dan pengalaman.
Tidak hanya itu, mereka juga mencocokkan pasien dari masing-masing dokter bedah berdasarkan kasus dan tingkat kesulitannya.
Bahkan setelah pemilihan yang menyeluruh itu, pasien-pasien dari dokter bedah wanita tetap memiliki angka kematian yang lebih rendah, dan lebih sedikit mengalami komplikasi setelah operasi dibandingkan dokter pria.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Kenapa dokter wanita lebih baik?
Studi ini bukan studi pertama yang menemukan, jenis kelamin dokter bisa memberikan hasil yang berbeda. Sebuah studi dari awal tahun 2017, dari para peneliti di Harvard of Public Health meneliti tentang dokter spesialis penyakit dalam.
Penelitian ini juga menemukan hal yang sama. Dokter spesialis penyakit dalam wanita memiliki angka kematian pasien yang lebih rendah, dan kunjungan ulang yang lebih sedikit dibanding dokter pria.
Studi itu mengatakan, hasil tersebut bisa muncul karena dokter perempuan biasanya memiliki cara komunikasi yang lebih baik, dan lebih taat pada panduan yang ada, dibanding dokter pria.
Berdasarkan faktor tadi, Satkunasivam mengatakan, biasanya memang hanya dokter-dokter wanita terbaiklah yang bisa menjadi dokter bedah. Ini karena dunia bedah masih sangat didominasi pria bahkan sampai saat ini.
Para wanita yang ingin menggeluti dunia bedah akan harus menghadapi tantangan yang sulit untuk bisa menguasai ruang operasi. Karenanya, para dokter bedah dalam studi pertama tadi bisa jadi adalah dokter-dokter terbaik dari kelompok gendernya, sehingga performa mereka kemudian jadi lebih baik dibanding dokter pria sekalipun.
Advertisement