Liputan6.com, Jakarta Indonesia melepas ekspor perdana 30 ton bawang merah ke Timor Leste, di Pos Lintas Batas Motamasin, Kabupaten Malaka, NTT pada Kamis (12/10/2017).
Ekspor perdana dilepas Staf Ahli Mentan Bidang Infrastruktur sekaligus Penanggungjawan Program Upaya Khusus (Upsus) Provinsi NTT Ani Andayani dan Dirjen Peternakan, Republic Democrate of Timor Leste (RDTL), Joanita Dakosta Jong.
Advertisement
Mentan Amran mengatakan melalui ekspor bawang merah ini, kesejahteraan masyarakat pedesaan, salah satunya di wilayah perbatasaan bisa meningkat.
“Pendekatannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan pertanian di wilayah perbataan dan meningkatkan kualitas pertanian sehingga dapat bersaing dengan negara-negara tetangga,” kata Amran dalam keterangannya, Kamis (12/10/2017).
Ani Andayani menjelaskan bawang merah yang diekspor ini merupakan produksi petani Kabupaten Malaka dan Belu, NTT. Bawang merah diangkut melalui kontainer, yang tiap kendaraan mengangkut sekira 5 ton. Di 2017 ini, ekspor bawang merah direncanakan 200 ton yang dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan kuota dari RDTL.
“Pengembangan bawang merah di NTT terencana 200 hektare dari potensi lahan 3.000 sampai 4.000 hektare. Meski baru diimplementasikan beberapa bulan silam, namun produktivitasnya cuma tinggi, mencapai 16 ton per hektare. Malaka kelebihannya perolehan air cukup," dia menuturkan.
Menurut Ani, tingginya produktivitas tersebut berdampak terhadap persentase kontribusi Malaka terhadap total produksi bawang merah di NTT, mencapai 20 persen (500 ton). Sedangkan di tingkat nasional, kontribusi NTT baru 0,16 persen. “Tapi, ekspor sudah banyak, 3,5 persen kontribusi untuk nasional," jelas Ani.
Indonesia sudah mengekspor bawang merah sejak 2016. Namun volume ekspor melonjak drastis dengan kualitas tinggi pada 2017. Bawang merah Malaka dan Belu telah mengantongi sertifikat dari Badan Karantina Kementan, jenis organik, memenuhi standar, dan layak ekspor. “Kalau ini menjadi ikon Malaka di pertanian, sudah tepat," sebut Ani.
Ani mengatakan selain bawang merah, komoditas pertanian lainnya yang berpeluang ekspor dari wilayah perbatasan adalah jagung, kacang hijau, jambu mete, babi dan unggas. Khusus untuk unggas, saat ini kebutuhan unggas dan produk unggas RDTL masih dipenuhi import dari Brazil yang memakan waktu 6 bulan dalam perjalanan.
“Di sisi lain secara real Indonesia saat ini sudah surplus untuk unggas dan produk unggas. Untuk mendorong ekspor unggas (DOC) dan produk unggas (karkas dan produk olahan unggas) ke RDTL, dalam rangkaian kegiatan ini juga ada penandatanganan technical agreement oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan RI dengan Direktur Jenderal Peternakan RDTL,” tuturnya.