Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu aplikasi chatting terpopuler, WhatsApp mengklaim layanannya sudah mengandalkan fitur enkripsi end-to-end. Dengan cara ini, baik pengguna dan pihak WhatsApp tak ada yang mengintip isi pesan yang dikirimkan.
Namun baru-baru ini, seorang software engineer bernama Robert Heaton berhasil mengungkap celah keamanan di aplikasi milik Facebook tersebut. Ia menemukan celah yang memungkinkan pihak ketiga memantau kebiasaan pengguna WhatsApp.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Phone Arena, Jumat (13/10/2017), lewat celah keamanan ini orang lain dapat mengetahui kebiasaan saat memakai WhatsApp dan waktu tidur mereka. Untuk melakukannya, Heaton memanfaatkan informasi status online dan last seen seseorang.
Sekadar informasi, fitur last seen memungkinkan orang lain untuk mengetahui terakhir kali pengguna WhatsApp online. Fitur ini sebenarnya dapat diatur sesuai preferensi pengguna, tapi informasi mengenai seseorang tengah online tak dapat disembunyikan.
Lantas, bagaimana informasi itu dapat diolah untuk mengetahui informasi pribadi pengguna? Pertama, Heaton membuat sebuah ekstensi di Chrome untuk mengetahui kontak WhatsApp yang sedang online.
Agar metode ini berhasil, ia cukup memanfaatkan empat baris Javascript ditambah aplikasi WhatsApp Web. Lantas, ia memantau data dari para kontaknya dan diolah untuk kemudian dibandingkan.
Dari data tersebut, ia lalu dapat menyimpulkan waktu seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Begitu pula dengan waktu tidur seseorang, kesimpulan tersebut dapat diolah dari informasi ini.
Heaton menuturkan, cara ini juga berlaku untuk memantau kebiasaan pengguna Facebook. Meski tak begitu berbahaya, data yang dikumpulkan dari informasi ini sebenarnya dapat dijual pada pihak ketiga untuk tujuan pemasaran.
(Dam/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pengguna Tak Bisa Pakai GIF
Saat ini menyusul langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memblokir enam domain name system (DNS) Tenor penyedia konten GIF untuk WhatsApp, pengguna di Indonesia tak lagi dapat membukanya.
Berdasarkan pantauan Tekno Liputan6.com, Selasa (7/11/2017), seluruh operator tak dapat mengakses konten GIF tersebut di WhatsApp. Tak hanya di aplikasi, akses GIF juga tak dapat dilakukan melalui situs web aplikasi chatting milik Facebook tersebut.
Baca Juga
Sekadar informasi, Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan sebelumnya telah meminta internet service provider (ISP) untuk memblokir enam DNS dari Tenor mulai 6 November 2017.
"Per tadi pagi kami sudah melakukan pemblokiran. Kami kirim pemberitahuan ke ISP untuk memblokir enam Domain Name System (DNS) Tenor," ujar pria yang akrab disapa Semmy ini, kemarin.
Enam DNS Tenor yang telah diblokir antara lain adalah tenor.com, api.tenor.com, blog.tenor.com, qa.tenor.com, media.tenor.com, dan media1.tenor.com. Karenanya, kini seluruh pengguna WhatsApp di Indonesia sudah tak dapat lagi mengakses konten GIF.
Selain dengan Tenor, WhatsApp sebenarnya juga bekerja sama dengan GIPHY. Namun menurut Semmy, pihaknya telah berkoordinasi dengan GIPHY.
"Mereka (GIPHY), akan membantu pemerintah Indonesia. GIPHY pernah diblokir, tapi sekarang mereka siap membantu mengikuti peraturan undang-undang yang ada," katanya.
Kemkominfo juga menuturkan pihaknya telah mengirimkan surat pemberitahuan pada penyedia aplikasi agar berkoordinasi dengan Tenor terkait konten pornografi ini. Pihaknya meminta WhatsApp agar tak lepas tangan terkait konten ini.
Advertisement
Kata Kurator GIF di WhatsApp Soal Pemblokiran
Penyedia konten GIF di WhatsApp, Tenor, sedang berusaha menyelesaikan isu konten yang diprotes oleh Pemerintah Indonesia. Konten Tenor dipermasalahkan karena banyak yang berbau pornografi.
"Kami akan mengatasi berbagai isu konten yang diajukan oleh Pemerintah Indonesia dalam waktu 48 jam ke depan," tutur juru bicara Tenor, Jennifer Kutz, pada Senin (6/11/2017).
Ia menjelaskan, Tenor secara teratur bekerja dengan berbagai entitas lokal untuk memastikan kontennya sesuai dengan adat istiadat, budaya dan regulasi setempat.
Sayangnya, Kutz menolak menyebutkan wilayah yang ada dalam pembatasan konten. Ia hanya memastikan para integrator Tenor akan memblokir hasil gambar yang berpotensi tidak pantas atau mengatur daftar istilah pencariannya.
Kutz juga menegaskan pihak Tenor akan bertanggung jawab atas berbagai masalah terkait kontennya, termasuk di WhatsApp. "Dalam kasus WhatsApp, kami akan bertanggung jawab," tulis Kutz melalui email, seperti dikutip dari Reuters.
(Dam/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: