Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, jika pembahasan re-negosiasi pakta North American Free Trade Agreement (NAFTA) tak mencapai titik kesepakatan, maka kerjasama bidang ekonomi antara AS - Kanada - Meksiko itu akan diakhiri.
Trump juga mengatakan tengah mempertimbangkan kerjasama perdagangan di kawasan Amerika Utara hanya dengan Kanada semata, tanpa Meksiko. Alasannya, demi melindungi tenaga kerja domestik Negeri Paman Sam dan Negeri Maple.
Pernyataan itu ia sampaikan saat menjamu Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Gedung Putih pada Rabu 11 Oktober 2017 waktu setempat. Demikian seperti dikutip dari BBC (12/10/2017).
Sementara itu, merespons persoalan serupa dalam kesempatan yang sama, PM Trudeau yakin bahwa re-negosiasi traktat itu dapat berakhir dengan 'kemenangan, kemenangan, dan kemenangan'. Tiga kali Trudeau mengucapkan kata 'kemenangan', angka yang sama seperti total anggota NAFTA.
Namun, ia juga mengatakan bahwa negaranya harus 'bersiap untuk segala hal', jika pembahasan tentang re-negosiasi itu gagal.
Baca Juga
Advertisement
Saat ini, pembicaraan tentang re-negosiasi NAFTA masih terhambat serta kerap memicu kritik dari para negara anggota.
Teranyar, Meksiko mengecam langkah AS yang ingin menaikkan harga komponen buatan Negeri Paman Sam dalam manufaktur mobil.
Sikap presiden ke-45 AS itu terkait NAFTA menuai kritik dari pebisnis dan Meksiko.
Menteri Luar Negeri Meksiko, Luis Videgaray sebelumnya sempat mengatakan, mengakhiri NAFTA dapat merusak hubungan bilateral Washington - Mexico City, seperti misalnya pada kerja sama pemberantasan peredaran narkotika.
Yang pasti, berakhirnya NAFTA diprediksi akan memengaruhi sektor perekonomian masing-masing negara. Dan akan membuat goyah total neraca perdagangan ketiga negara yang mencapai US$ 1,1 triliun pada 2016.
Pejabat AS dan Meksiko mengatakan, renegosiasi akan dicapai pada Desember. Sementara itu, pekan ini, Kamar Dagang AS memperingatkan, sudah waktunya 'membunyikan bel alarm' atas perundingan NAFTA.
Sedangkan kelompok lobi bisnis mengatakan, ada 'beberapa usulan yang merugikan' yang diajukan oleh AS sepanjang proses renegosiasi, salah satunya tentang menaikkan harga komponen buatan Negeri Paman Sam dalam manufaktur mobil.