Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan populasi sapi di dalam negeri. Salah satunya dengan melakukan kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) pada sapi milik peternak di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, pelaksanaan kegiatan IB massal di Kabupaten Malaka ini ditujukan agar sapi-sapi milik peternak menjadi bunting. "Sehingga akan lahir pedet-pedet yang akan menambah populasi sapi di Kabupaten ini,” kata dia di Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Advertisement
Dia menjelaskan, kegiatan IB massal juga dimaksudkan agar baik petugas maupun peternak termotivasi dalam pelaksanaan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab), yang salah satunya melalui penerapan teknologi IB.
Menurutnya, Provinsi NTT merupakan salah satu produsen sapi potong yang mensuplai kebutuhan daging sapi di wilayah Jabodetabek. Namun dalam hal pelayanan IB, NTT merupakan salah satu daerah introduksi, yang sebagian besar wilayahnya baru diperkenalkan teknologi IB.
Ketergantungan anakan hasil dari kawin alam masih sangat tinggi, karena hampir seluruh sistem pemeliharaan ternak sapi dan kerbau di NTT dengan cara dilepaskan. “Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama, karena dengan sistem kawin alam yang tidak terprogram akan terjadi in breeding (kawin sedarah), sehingga terjadi penurunan mutu genetik pada ternak yang terlihat dari performans sapi-sapi yang lebih kecil," ungkap dia.
Selain untuk meningkatkan mutu genetik ternak, lanjut Ketut, IB pada ternak sapi merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna untuk peningkatan populasi. ”Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak," tutur dia.
Berdasarkan data kumulatif pada periode Januari-Oktober 2017, capaian IB di Provinsi NTT sebesar 35.505 ekor atau 24,15 persen dari target 146.965 ekor. Sedangkan capaian kebuntingan ternak Provinsi NTT di angka 79.071 ekor atau 94,39 persen dari target 83.770 ekor yang berasal dari kawin alam.
“Capaian pelaksanaan IB di Provinsi NTT masih perlu menjadi perhatian besar bagi kita semua. Dinas Peternakan provinsi utamanya Dinas Kabupaten secara aktif diharapkan dapat menjadi motor penggerak di tingkat lapangan," himbau I Ketut Diarmita.
Ketut memaparkan, sebelum adanya Upsus Siwab capaian IB di NTT hanya sekitar 5 ribu ekor per tahun. Selanjutnya, setelah ada program Upsus Siwab sampai saat ini telah terjadi peningkatan signifikan terhadap total raihan IB di Provinsi NTT menjadi 35 ribu ekor atau terjadi peningkatan sebesar 700 persen.
Dan diharapkan sampai dengan akhir 2017 dapat mencapai 80 ribu ekor atau naik 1.600 persen. Hal tersebut juga telah terjadi di wilayah Indonesia Timur lainnya yang sebagian besar merupakan wilayah introduksi.
“Pelaksanaan Upsus Siwab tahun 2017 tinggal 2 (dua) bulan lagi dan diharapkan berjalan sesuai harapan. Untuk itu, dalam acara Gebyar Siwab ini kami mengajak seluruh pihak yang hadir disini bersama-sama mewujudkan target yang telah ditetapkan sekaligus mensukseskannya," tandasnya.
Selain itu, Ketut menghimbau, dengan banyaknya limbah pertanian di Kabupaten Malaka diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan sapi potong. Integrasi saling menguntungan dengan sub sektor lain, seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan diharapkan dapat untuk mewujudkan sinergitas, sehingga tidak ada limbah pertanian yang terbuang.
"Semua bisa saling bersinergi, limbah pertanian digunakan sebagai bahan pakan ternak, sedangkan limbah ternak digunakan sebagai sumber energi biogas dan pupuk bagi tanaman, sehingga ada nilai nambah bagi peternak," tandas dia.