Liputan6.com, Pyongyang - Gempa dangkal berkekuatan 2,9 skala Richter (SR) melanda dekat lokasi uji coba nuklir Korea Utara.
Lindu terdeteksi pada Jumat sebelum fajar waktu setempat, beberapa pekan pasca-uji coba terbesar yang dilakukan Pyongyang.
Advertisement
Sejauh ini pakar Korea Selatan mengatakan bahwa getaran tersebut tampaknya bukan buatan manusia.
Menurut Badan Survei Geologi AS (USGS), gempa tersebut terdeteksi pukul 01.41 pagi di kedalaman sekitar 5 km. Dengan pusat gempa berada di utara lokasi pengujian nuklir Korut di Punggye-Ri.
"Peristiwa itu terjadi di wilayah uji coba nuklir Korut sebelumnya. Terdeteksi memiliki karakteristik seperti gempa, namun saat ini kami tak dapat memastikan itu dari alam (akibat alamiah atau buatan manusia)," kata badan AS tersebut seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (13/10/2017).
Namun, Korea Meteorological Administration mengatakan di situsnya, "analisis menunjukkan bahwa itu adalah gempa alami".
"Gempa itu diyakini tak menyebabkan kerusakan," tambah badan meteorologi tersebut.
Lindu ini terjadi tiga pekan setelah gempa berkekuatan 3,5 SR melanda daerah yang sama. Ahli seismik dan badan pengawas larangan nuklir PBB mengatakan bahwa tremor pada 23 September itu efek uji coba nuklir keenam Korut.
Sementara itu, uji coba pada 3 September 2017 dilaporkan memicu gempa 6,3 SR yang jauh lebih kuat dan dirasakan di seluruh perbatasan di China serta memicu kecaman global, sehingga Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sanksi baru terhadap Pyongyang.
Kekuatan gempa hari Jumat ini jauh lebih rendah daripada getaran yang tercatat selama tes nuklir Korut sebelumnya, termasuk uji nuklir pertamanya di tahun 2006, yang memicu gempa berkekuatan 4,1 SR.
Uji Coba Bom Hidrogen Korea Utara Terpantau BMKG
Sebelumnya, uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara dilaporkan terpantau oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Indonesia.
Pada hari Minggu 3 September 2017, pukul 10.30 lewat empat menit WIB, jejaring gempa BMKG mencatat aktivitas seismik tak lazim.
"Sebanyak 166 sensor seismik yang digunakan BMKG dalam menganalisis parameter kegempaan menunjukkan adanya sebuah 'pusat gempa' dengan kekuatan 6,2 SR terletak pada koordinat 41,29 LU dan 128,94 dengan kedalaman 1 km tepatnya di wilayah Negara Korea Utara," demikian keterangan tertulis BMKG yang diterima Liputan6.com.
Tidak hanya BMKG, sejumlah lembaga pemantau gempa dunia lainnya, seperti Amerika Serikat (USGS), Jerman (GFZ), dan Eropa (EMSC) pun mencatat aktivitas seismik tak lazim ini yang juga berpusat di Korut.
Hasil perhitungan USGS menunjukkan, kekuatan gempa mencapai 6,3 SR sementara GFZ 6,0 SR dan EMSC 5,9 SR.
"Berdasarkan karakteristik rekaman seismogramnya, diketahui bahwa gelombang seismik yang terekam diperkirakan bersumber dari sebuah ledakan besar di kedalaman dangkal. Ini didasarkan pada kesamaan pola dari sebagian besar rekaman gelombang seismik yang menunjukkan gerakan awal berupa kompresi," ungkap BMKG.
Dalam keterangannya, BMKG turut menjelaskan, "Data seismik yang terekam di BMKG menunjukkan adanya compressional source dengan amplitudo gelombang P relatif lebih besar dari gelombang S-nya, maka cukup beralasan jika kita meyakini bahwa telah terjadi sebuah aktivitas ledakan besar di bawah permukaan. Karena zona ini secara tektonik bukan zona sumber gempa".
Dalam situs resmi, USGS menyebutkan bahwa pusat ledakan terletak pada lokasi uji coba nuklir terdahulu.
Peta guncangan gempa (shakemap) menunjukkan bahwa dampak ledakan ini menimbulkan guncangan cukup kuat hingga skala VI Modified Mercalli Intensity (MMI) di Kota Cho Dong, Soman, dan Nampyo Dong yang lokasinya paling dekat pusat ledakan.
Guncangan ini diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan ringan seperti retakan pada bangunan tembok sederhana.
Advertisement