Rupiah Berjaya di Perbatasan Indonesia-Papua New Guinea

Sejak Juli 2017, BI menyediakan rupiah dari titik terdepan melalui penyediaan anjungan tunai mandiri (ATM) dan layanan KUPVA di PBLN Skouw.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 13 Okt 2017, 16:00 WIB
Bank Indonesia (BI) meluncurkan 11 uang rupiah Emisi 2016 dengan gambar pahlawan baru. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus melakukan sejumlah upaya agar mata uang rupiah menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah di Tanah Air, termasuk di perbatasan Indonesia–Papua New Guinea.

Deputi Gubernur BI Sugeng mengatakan bank sentral terus mendorong penggunaan mata uang rupiah dalam bertransaksi, di antaranya dengan melakukan sosialisasi penggunaan uang rupiah, sosialisasi ciri dan keaslian uang, serta mendorong berkembangnya kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA BB) berizin daerah perbatasan.

"Saat ini penggunaan layanan penukaran valuta asing oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Pos Lintas Batas Negara (PBLN) sudah berjalan sejak 11 Agustus 2017, namun belum dimanfaatkan secara optimal oleh pelintas batas. Mereka masih memilih untuk bertransaksi dengan menggunakan kina," ujar Sugeng dalam kunjungan dalam rangka High Level Meeting dan Pertemuan dengan pemangku kepentingan di PBLN Skouw, Jumat (13/10/2017).

Upaya sosialisasi rupiah dan mendorong berkembangnya KUPVA BB dilakukan dalam rangka menjalankan UU Mata Uang soal Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah NKRI. Pasalnya, di daerah perbatasan Skouw, masih ada transaksi yang menggunakan mata uang Papua New Guinea, kina.

"Pendatang dan pedagang di pasar lebih memilih menggunakan kina dalam bertransaksi, dikarenakan faktor kemudahan, faktor bisnis, yaitu keuntungan yang didapat dari selisih kurs serta faktor latar berlakang pendidikan pendatang yang rendah sehingga masih enggan mengenali rupiah dengan denominasinya," ungkap dia.

Sugeng menambahkan terdapat tiga dimensi utama yang melandasi pemberlakuan kewajiban penggunaan uang rupiah. Pertama, dimensi hukum. Kedua adalah dimensi kebangsaan agar rupiah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Terakhir, dimensi ekonomi atau bisnis.

Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia adalah menyediakan rupiah di daerah terdepan, terluar, dan terpencil.

Oleh karena itu, sejak Juli 2017, BI menyediakan rupiah dari titik terdepan melalui penyediaan anjungan tunai mandiri (ATM) dan layanan KUPVA di PBLN Skouw.

"Mudah-mudahan di lokasi yang nantinya lebih strategis jumlah pelintas batas yang menukarkan uang lebih meningkat,” ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya