Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak menguat pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta) dan menyentuh level tertinggi sepanjang Oktober ini. Penguatan harga minyak ini karena adanya berita mengenai kenaikan impor China dan juga keputusan Presiden AS Donald Trump soal Iran.
Mengutip Reuters, Sabtu (14/10/2017), harga minyak Brent berjangka naik 92 sen atau 1,6 persen dan menetap di US$ 57,17 per barel. Sementara harga minyak mentah AS naik 85 sen atau 1,7 persen dan menetap di US$ 51,45 per barel.
Para pelaku pasar menyatakan bahwa harga minyak mampu naik mendekati dua persen karena Presiden Trump mulai melunak dengan Iran.
Baca Juga
Advertisement
Presiden Donald Trump sebelumnya telah berulang kali menyebut kesepakatan nuklir Iran sebagai salah satu "kesepakatan terburuk" dalam sejarah AS, harus memutuskan nasib perjanjian tersebut pada 15 Oktober.
Jika Trump menilai Iran tidak mematuhi kesepakatan nuklir tersebut, maka dalam waktu 60 hari Kongres harus memutuskan apakah akan kembali menjatuhkan sanksi terhadap Negeri Paramullah itu. Dan pada dasarnya ini akan menghancurkan kesepakatan yang dicapai pada era pemerintahan Barack Obama tersebut.
"Pasar lega bahwa AS tidak akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran," jelas Phil Flynn, analis energi senior di Price Futures Group, Chicago, AS.
Selain itu, kenaikan harga minyak didorong juga oleh impor minyak China. Negara tersebut mengimpor minyak 9 juta barel per hari pada September. Sedangkan pada bulan-bulan sebelumnya, impor minyak China rata-rata berada di kisaran 8,5 juta barel per hari.
Dengan kenaikan ini memperkuat posisi China sebagai importir minyak terbesar kedua di dunia. "Data China memperkuat posisi harga minyak," jelas Olivier Jakob, managing director konsultan energi PetroMatrix.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: