Tradisi Hoyak Tabuik Mengenang Cucu Nabi

Tradisi Hoyak Tabuik ini biasa digelar dalam rangka memperingati wafatnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Okt 2017, 01:01 WIB
Ribuan warga Kota Dumai antusias menyaksikan kesenian budaya masyarakat Pariaman Sumatera Barat "Hoyak Tabuik" di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, digelar pengurus Generasi Muda Pariaman. (Liputan6.com/Pemkot Pariaman-pariamankota.go.id)

Liputan6.com, Dumai - Ribuan warga Kota Dumai antusias menyaksikan kesenian budaya masyarakat Pariaman Sumatera Barat "Hoyak Tabuik" di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Tradisi ini digelar pengurus Generasi Muda Pariaman, Minggu (15/10/2017).

Festival Hoyak Tabuik menampilkan atraksi pemain gendang dan tassa yang menabuh dengan penuh semangat bunyi-bunyian khas asal Pariaman. Acara ini digelar dalam rangka pawai budaya Pariaman di Kota Dumai.

Pawai dimulai dari depan Markas Polres Dumai Jalan Sudirman menuju taman kota. Panitia Ridwan Tanjung mengatakan, Hoyak Tabuik bertujuan memperkenalkan tradisi religius dan kebudayaan turun-temurun ini kepada masyarakat Dumai. Selain itu, juga ajang untuk mempersatukan masyarakat antardaerah di Pariaman.

"Kami ingin memperkenalkan tradisi tabuik ini kepada masyarakat umum dan perantauan asal Pariaman di dumai," ujar Ridwan pada pers, dilansir Antara.

Ketua Gempar Dumai Andespahmi Chaniago menyatakan, kegiatan Hoyak Tabuik selain memeriahkan Tahun Baru Islam, juga memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein Bin Ali Abu Thalib dalam Perang Karbala.

"Tabuik ini murni budaya dan tradisi turun-temurun kami lestarikan, dalam rangka pelantikan pengurus gempar dan memperingati tahun baru Islam," kata Andespahmi kepada wartawan.

Dia menyebutkan, masyarakat biasa menggelar Hoyak Tabuik ini pada 10 Muharram di Pariaman Provinsi Sumatera Barat, tetapi di Dumai sengaja digelar dalam rangka pelantikan pengurus Gempar.

Sejarah singkat, Tabuik merupakan sebuah patung burak (kendaraan sangat cepat yang dipakai Nabi Muhammad ketika Isra Mikraj), makhluk majestik atau penuh keagungan menyerupai seekor kuda bersayap dengan kepala wanita, terbuat dari bambu, rotan, dan kertas, di punggungnya terdapat sebuah peti berisi perhiasan dekoratif dan payung.

Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh burak. Oleh karena itu, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari burak sedang mengusung tabut di punggungnya.

"Serangkaian kegiatan hoyak tabuik tidak sepenuhnya dilakukan sebagaimana ritual lengkap karena tujuan kita mengenal budaya di kampung untuk mengingatkan kembali tradisi ini," sebutnya.

Tradisi Hoyak Tabuik tidak hanya aset wisata Kota Pariaman atau Provinsi Sumatera Barat, tetapi juga aset wisata nasional yang harus dikembangkan dan diperkenalkan ke masyarakat mancanegara.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya