Data Ekonomi AS Bakal Warnai Harga Emas

Analis memperkirakan harga emas berpotensi menguat dalam jangka pendek didukung data ekonomi.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Okt 2017, 06:45 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) akan membayangi pergerakan harga emas selama sepekan. Selain itu, pelaku pasar juga menanti pernyataan pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen soal data inflasi.

Inflasi melemah mendorong harga emas ke level tertinggi dalam tiga minggu pada Jumat pekan lalu. Momentum tersebut diperkirakan berlanjut pada pekan ini.

Harga emas sempat ditransaksikan di atas harga US$ 1.300. Ini sebagai respons terhadap data indeks harga konsumen. Harga bensin juga mendorong inflasi 2,2 persen secara tahunan.

Inflasi cenderung rendah selama lima bulan terakhir. Posisi inflasi tertinggi sempat berada di kisaran 2,3 persen pada Januari. Harga emas pun naik lebih dari dua persen pada Jumat pekan lalu di kisaran US$ 1.303,20 per ounce. Sedangkan perak diperdagangkan di kisaran US$ 17,38.

Analis menyatakan, kalau data inflasi terbaru baik untuk harga emas. Ini karena menimbulkan keraguan mengenai kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve.

Diperkirakan ada kenaikan lagi suku bunga the Federal Reserve pada Desember 2017. Namun data inflasi terbaru memberikan ketidakpastian kalau the Federal Reserve akan mampu agresif untuk menaikkan suku bunga pada 2018.

"Saya percaya harga emas akan naik pada pekan ini. The Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter tetapi sudah price in, pertumbuhan tidak terlalu cepat," ujar Bill Baruch, President of Blue Line Futures, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (16/10/2017).

Data inflasi menjadi sorotan usai rilis hasil pertemuan the Federal Reserve pada September. Dari hasil pertemuan itu menunjukkan kalau banyak pejabat the Federal Reserve yang konsentrasi terhadap rendahnya inflasi pada 2017. Sentimen itu pengaruhi harga emas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Selanjutnya

Lukman Otunuga, Analis FXTM mengatakan, evaluasi kembali suku bunga positif untuk harga emas. Lantaran hal itu berdampak ke pergerakan dolar AS. Ia menambahkan, dolar AS tertekan usai rilis data inflasi.

"Harga emas dapat naik jika dolar AS alami depresiasi," ujar dia.

Hal senada dikatakan Maxwell Gold, Direktur ETF Securities. Harga emas dapat menguat dalam jangka pendek. Namun, harga emas juga berpotensi melemah ke US$ 1.250 per ounce lantaran pasar bersiap hadapi kenaikan suku bunga pada akhir tahun.

Secara teknikal, level resistance harga emas yang dicermati di kisaran US$ 1.312 per ounce. Meski harga emas dapat mencoba tes di level US$ 1.324 pada pekan ini, Analis Senior DTM Darin Newsom mengatakan, tekanan masih bisa terjadi hingga dorong harga emas ke posisi US$ 1.215.

Adapun harga emas akan dibayangi data ekonomi pada pekan ini. Sejumlah data ekonomi akan membuat pasar bergejolak. Selain data inflasi, data manufaktur, sektor perumahan akan warnai pergerakan harga emas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya