Liputan6.com, Jakarta Daerah Senen biasanya kerap dikaitkan dengan pasar tertua di Jakarta, yaitu Pasar Senen. Siapa sangka tak jauh dari hiruk-pikuk Pasar Senen, terdapat sebuah rumah sewaan di jalan Dahlia sebelah rel kereta api yang menyimpan berbagai kisah inspiratif para profesional dari berbagai latar belakang pekerjaan. Mereka yang mengabdikan waktu dan akhir pekan untuk membantu anak-anak jalanan menemukan potensi diri melalui media pengajaran.
Irene Bergosa, salah satu pengajar sekaligus penanggung jawab kurikulum bahasa Inggris di Rumah Belajar Senen (RBS) menceritakan bahwa pengajar di RBS merupakan hasil promosi dari mulut ke mulut dari berbagai kalangan dan profesi. Wanita yang bekerja di salah satu media agency di Jakarta ini merasa senang menjadi bagian dari komunitas yang peduli pada pengembangan potensi anak-anak kaum marjinal.
Baca Juga
Advertisement
Didirikan pada 2005 dengan nama awal Komunitas Bimbel Senen (KBS) oleh kaum muda jemaat GKI Kwitang bekerjasama dengan Komunitas Sahabat Anak, RBS awalnya sempat mengalami benturan perizinan dengan kekhawatiran nuansa agama. Bahkan kegiatan belajar mengajar juga sempat terhenti karena kesibukan para relawan selama dua tahun pada 2006 hingga 2008. Namun kini, RBS telah berhasil bangkit dan menaungi sekitar 60 anak-anak jalanan dari usia 3 tahun yaitu TK, hingga siswa kelas 2 SMP .
Kelas hari Sabtu dibagi menjadi dua sesi dengan sesi pertama ditujukan bagi anak-anak usia TK hingga kelas 4 SD serta sesi kedua untuk kelas 4 SD ke atas. Adapun kelas hari Minggu dikhususkan sebagai kelas bahasa Inggris bagi anak-anak yang telah memenuhi kualifikasi tes bahasa Inggris yang disediakan RBS. Bahkan kelas Jumat malam juga baru saja dibuka karena banyaknya permintaan dari orangtua murid.
Bukan hanya mengajar, RBS juga mengutamakan perhatian pada setiap aspek kesejahteraan anak-anak mulai dari penyediaan penjemputan, asupan nutrisi, periksa kesehatan gratis oleh dokter, penyuluhan untuk orang tua mengenai cara mendidik anak yang benar, bahkan dukungan total bagi setiap anak untuk menemukan potensi dirinya.
Meskipun sebenarnya sudah bersekolah, namun kenyataan bahwa standar kegiatan belajar mengajar di sekolah asal anak-anak RBS masih sangat minim membuat miris hati para relawan RBS. Hal inilah yang terus memotivasi pihak RBS untuk selalu bertindak lebih bagi setiap anak.
“Pengajar RBS kadang juga bantu mendaftarkan anak-anak ke sekolah yang lebih baik, bantu mencarikan beasiswa baik dari sponsor ataupun pemerintah. Kalo adiknya sukses, kita ikut senang seperti anak sendiri. Belum lama ini ada adik di RBS meskipun tuna rungu, tapi berhasil lulus seleksi kelas dance internasional, dia memang one of the best di kelas dan potensi adik itu kami temukan saat kami sedang nari aerobik bareng di kelas RBS,” jelas Irene.
Meneruskan impian pendiri awal RBS, para pengajar di RBS percaya bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap anak tanpa terkecuali.
“Penyamarataan pendidikan sangat diharapkan, according to our discussion, education kan the only one yang bisa mengubah generasi. Anak hanya akan tumbuh benar kalau dari kecil dapat edukasi yang benar, apalagi edukasi kan sebenarnya termasuk hak mendasar dari setiap anak,” tutup Irene.
Penulis:
Franzeska Michelle - LSPR Jakarta
Finalis Citizen Journalist Academy - Energi Muda Pertamina Jakarta
Ikuti juga liputan dan kegiatan Finalis Citizen Journalist Academy - Energi Muda Pertamina dari 3 kota di Indonesia melalui www.liputan6.com/pages/energi-muda-pertamina. Program creative mentorship dari Redaksi Liputan6.com dan Indosiar bekerja sama dengan Pertamina untuk 90 mahasiswa kreatif yang telah lolos seleksi dari ribuan pendaftar di Jabodetabek, Semarang & Balikpapan.