Liputan6.com, New York - Tekanan sanksi yang bertubi-tubi membuat perekonomian Korea Utara semakin terpuruk. Negara pimpinan Kim Jong-un ini akhirnya harus mencari cara lain demi mendapat uang untuk menggerakkan roda perekonomiannya.
Laporan terbaru yang dirilis New York Times mengungkap fakta mengejutkan. Dilansir dari Business Insider, Selasa (17/10/2017), kedutaan besar Korea Utara di luar negeri kini terpaksa mencari dana sendiri agar operasionalnya tetap berjalan.
Diplomat Korea Utara yang bermukim di 40 negara dilaporkan berbisnis berbagai barang haram seperti narkoba, senjata hingga barang-barang mewah. New York Times juga menulis, seorang mantan anggota militer Korea Utara yang mengatakan bahwa staf kedutaan juga telah terlihat di London untuk membeli barang bekas elektronik di pasar loak, seolah-olah akan diperbaharui dan dijual kembali.
Baca Juga
Advertisement
Tak hanya itu, Terra Residence, rumah dinas dari Duta Besar Korea Utara untuk Bulgaria juga dibuka untuk publik dan bisa disewa untuk keperluan masyarakat. Mereka yang ingin menyelenggarakan pernikahan, pesta prom bisa menyewa tempat tersebut. Terra Residence bahkan menjadi tempat shooting reality show Celebrity Apprentice di Bulgaria.
Uang dan keuntungan yang didapat dari bisnis di pasar gelap tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan kedutaan besar. Bisnis di kalangan diplomatik Korea Utara bahkan telah mencapai keseluruhan.
Marcus Noland, seorang pakar eksekutif dan wakil presiden Korea Utara dari Peterson Institute for International Economics, menceritakan kembali sebuah kisah yang disampaikan oleh mertuanya yang merupakan seorang duta besar.
"Di India, bertahun-tahun yang lalu, merupakan rahasia para pekerja diplomatik. Jika Anda ingin membeli daging sapi, Anda bisa mengetuk pintu belakang kedutaan Korea Utara di Delhi. Mereka mengelola rumah potong hewan di ruang bawah tanah, "kata Noland seperti ditulis New York Times.
Bisnis gelap yang dilakukan pejabat diplomatik Korea Utara ini mendapat respons keras dari negara yang ditempatinya. Banyak pemerintah setempat yang berusaha menutup atau menghilangkan akses para warga Korea Utara ini untuk mendapatkan uang dari cara ilegal.
Kementerian Luar Negeri Jerman telah berusaha untuk menutup sebuah asrama yang disewa di sebuah kompleks milik Korea Utara. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Bulgaria juga mengatakan kepada The Times bahwa negara tersebut telah mendesak Korea Utara untuk membatasi penggunaan properti Sofia untuk "kegiatan diplomatik dan konsuler".