Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan beberapa pembangkit listrik bagian dari program listrik 35 ribu Mega Watt (MW) akan ditunda. Hal ini untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Lantaran pertumbuhan ekonomi saat ini tidak sesuai dengan perkiraan ketika program tersebut mulai dicanangkan, yaitu sebesar 8 persen.
Diretur Jenderal Ketenagalistrikan Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, tidak semua pembangunan pembangkit ditunda pembangunannya. Pembangkit yang pembangunannya memakan waktu lama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tetap diprioritaskan berjalan.
Baca Juga
Advertisement
"Paling rescheduling mana yang waktunya lama, diduluin dulu, yang butuh waktu lama 3 - 4 tahun mungkin diprioritaskan. Ya itu tetap jalan (PLTU)," kata Andi dalam acara LNG to Power Seminar, di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (16/10/2017).
Andy melanjutkan, pembangkit listrik yang pembangunannya memakan waktu cepat, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan ditunda. "Mana yang paling cepat, gas misalnya," ujar Andy.
Andy mengungkapkan, PLTG dipilih ditunda karena proses pembangunannya jauh lebih mudah, ketimbang pembangunan pembangkit lain. "Ini ditaruh paling belakangan karena gampang," tutur Andy
Andy menuturkan, penundaan pembangunan pembangkit tersebut akan dicantumkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027.
"Paling rescheduling mana yang waktunya lama, diduluin dulu. Makanya di RUPTL nanti," tutur Andy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
PLN Tunda Pembangunan PLTG
Sebelumnya PT PLN (Persero) menunda pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dengan kapasitas 5 ribu megawatt (MW), yang menjadi bagian dari program kelistrikan 35 ribu MW.
Direktur Pengadaan Strategis I PLN Nicke Widyawati mengatakan, PLTG yang ditunda pembangunannya adalah bagian PLN dalam program 35 ribu MW, dengan kapasitas total 5 ribu MW.
Untuk diketahui, pada program kelistrikan tersebut PLN mendapat bagian membangun pembangkit dengan kapasitas total 10 ribu MW.
"Kalau kita lihat 10 ribu MW sekitar 50 persen, ya sisanya nanti kita lihat sesuaikan jadi sekitar 5 ribuan MW," kata Nicke, di Jakarta.
Nicke mengungkapkan, pembangkit yang ditunda pembangunannya berjenis peaker, dioperasikan hanya saat beban puncak saja untuk menjaga keandalan sistem. PLTG tersebut sebagian besar berada di Jawa, karena sudah cukup pasokan listriknya.
"Contoh PLTG di Jawa kita mundurkan proses pembangunannya karena pasokan di Jawa juga sudah cukup," ujar dia.
Nicke menuturkan, pembangunan PLTG relatif cepat, hanya memakan waktu dua tahun. Jika kebutuhan listrik meningkat PLN bisa dengan cepat menyesuaikan pasokan listrik dengan melanjutkan pembangunan PLTG.
"Kebanyakan pembangkit porsinya PLN kita sesuaikan kita lihat pertumbuhannya di Jawa. Karena kalau gas juga cuma dua tahun membangun," tutur Nicke.
Advertisement