Inflasi AS Tak Sesuai Perkiraan, Rupiah Merangkak Naik

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.451 per dolar AS hingga 13.489 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Okt 2017, 13:35 WIB
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada awal pekan ini. Masa penguatan dolar AS diperkirakan telah berakhir. 

Mengutip Booomberg, Senin (16/10/2017), rupiah dibuka di angka 13.453 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.498 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.451 per dolar AS hingga 13.489 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah tipis 0,01 persen.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.483 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 13.508 per dolar AS.

Dolar AS memang tertekan di kawasan Asia karena pada pekan lalu data inflasi menunjukkan angka yang tidak sesuai dengan perkiraan. Angka inflasi AS melandai sehingga menurunkan ekspektasi pelaku pasar akan renana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Semula para investor sangat berharap banyak angka inflasi akan naik tinggi karena memang angka-angka pendukungnya cukup bagus. Contohnya indeks harga konsumen dan juga angka penjualan bahan bakar minyak (BBM).

"Sepertinya masa penguatan dolar AS sudah mereka," jelas analis JPMorgan Chase Bank Tohru Sasaki.

Sebelumnya, dolar AS memang terus menguat karena pelaku pasar berekspektasi akan adanya kenaikan suku bunga bank sentral AS dan juga reformasi skema perpajakan dengan memangkas pajak baik untuk individu maupun perusahaan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya