Liputan6.com, Antartika - Nun jauh di Antartika, sebagian besar wilayahnya rata tertutup es. Namun, di balik 'mulusnya' permukaan itu, di bawahnya ternyata bak ngarai atau lembah yang dalam dan luas.
Jika dilihat dalam foto dua dimensi, penampakannya seperti dunia yang terbalik.
Advertisement
Baru-baru ini, ngarai di dunia 'bawah tanah' permukaan es di Antartika akhirnya terungkap, yang dianggap biang keladi menipisnya lapisan es Antartika, sehingga mudah patah.
Misteri ngarai terbalik itu diungkap oleh peneliti remote-sensing Noel Gourmelen dan rekan-rekannya. Ia bersama tim didukung bantuan dari European Space Agency (ESA) untuk lebih memahami fenomena alam tersebut.
Seperti dilansir News.com.au pada Senin (16/10/2017), dengan menggunakan satelit ESRI CryoSat dan Copernicus Sentinel-1, yang memiliki teknik radar untuk mengukur ketebalan dan dinamika lapisan es, tim ilmuwan memeriksa lapisan es di Dotson di Antartika Barat.
Menurut Gourmelen, ngarai sepanjang 50 km ini bertanggung jawab atas penipisan es di permukaan dan juga memicu naiknya permukaan laut.
"Kami telah menemukan perubahan halus pada data elevasi permukaan dari CryoSat dan dari Sentinel-1, yang menunjukkan bahwa pelelehan tidak seragam, namun berpusat pada area selebar 5 km dengan panjang 60 km," katanya dalam sebuah pernyataan.
Gourmelen yakin, ngarai terbentuk oleh air hangat, dengan sekitar 1 derajat Celsius, yang mengalir di bawah lapisan es, yang bergerak searah jarum jam sesuai rotasi Bumi.
Adapun air laut yang menghangat di kawasan itu disebabkan oleh salah satunya adalah perubahan iklim. Temperatur di Bumi yang meningkat 2 derajat Celsius dalam satu dekade dianggap penyebab menghangatnya air di Antartika.
"Meninjau kembali data satelit yang lebih tua, kami berpikir bahwa pola meleleh itu telah berlangsung setidaknya selama 25 tahun. Selama ini, fenomena itu terekam oleh satelit pengamatan Bumi yang memantau perubahan di Antartika," katanya.
"Seiring waktu, lelehan itu mengubah es menjadi seperti ngarai yang menjorok ke bawah. Letaknya berada dalam saluran yang luas sedalam 200 m dan sepanjang 15 km melintasi seluruh lapisan bawah es Dotson," terang Gourmelen.
Gourmelen mengatakan bahwa ngarai tersebut semakin lama semakin ke bawah, sekitar 7 meter dalamnya per tahun, menyebabkan es di atas menjadi mudah remuk.
"Lelehan dari lapisan es Dotson menghasilkan 40 miliar ton air tawar yang dituangkan ke Laut Kutub Selatan setiap tahun, dan ngarai tersebut bertanggung jawab atas pelepasan empat miliar ton es," katanya.
"Kekuatan lapisan es itu tergantung seberapa tebalnya. Karena lapisan itu sudah mengalami penipisan, akibat ngarai yang makin dalam itu, berarti lapisan es makin mudah pecah," papar Gourmelen.
Ini adalah pertama kalinya para periset dapat melihat proses pembuatan ngarai terbalik penyebab rapuhnya lapiran es di Antartika. Sekarang mereka berharap dapat meneliti lebih luas lagi penyebab terpecahnya bongkahan es di benua itu.
Misteriusnya Antartika...
Beberapa waktu lalu, ilmuwan dikagetkan dengan munculnya lubang misterius yang tiba-tiba mengaga di tengah-tengah permukaan es.
Area perairan terbuka yang dikelilingi oleh lautan es, seperti halnya lubang itu, dikenal sebagai polynias. Biasanya fenomena itu terbentuk di wilayah pesisir Antartika.
"Yang aneh di sini adalah polynia ini berada tengah-tengah es," kata peneliti Kent Moore, seorang profesor di kampus Mississauga di Toronto, "dan lubang ini terbentuk melalui proses lain yang tidak dipahami."
"Lubang ini berada ratusan kilometer dari tepi es. Jika tidak memiliki satelit, kita tidak akan tahu keberadaannya di sana." lanjutnya.
Menurut Moore, lubang itu pernah menganga di lokasi yang sama pada tahun 1970-an, yakni di dekat Laut Weddel.
Munculnya lubang besar itu menambah kemisteriusan Antartika. Penyebab misterinya kawasan itu karena sulit bagi manusia untuk menjamah seluruh wilayah yang merupakan daratan paling beku di muka Bumi.
Bagi ilmuwan, jika selubung misteri itu berhasil disingkap seutuhnya, fakta-fakta sains baru dapat terungkap. Selain dugaan banyaknya organisme yang belum teridentifikasi, benua beku itu juga berperan seperti 'kapsul waktu' yang menyimpan dan mengawetkan serpihan bukti kehidupan purbakala.
Namun bagi kelompok lain, seperti pegiat teori konspirasi, daratan es di ujung paling selatan Bumi itu --diduga-- turut menyimpan bukti atas sejumlah misteri sensasional. Mereka meyakini bahwa di Antartika tersimpan beberapa bukti seperti keberadaan peradaban purbakala yang hilang 'jejak kehadiran' Alien di Bumi.
Kemisteriusan itu antara lain, air terjun darah hingga dianggap lokasi hilangnya kota Atlantis.
Tak hanya itu, kelompok pemburu UFO, SecureTeam10, mengklaim bahwa Nazi membangun markas rahasia di Antartika selama Perang Dunia II dan didesain untuk pendaratan UFO.
Anomali misterius itu terbentang sekitar 240 kilometer dan mencapai kedalaman maksimum hingga 850 meter.
"Hingga hari ini, ilmuwan tidak memiliki ide atau cara untuk menemukan apa yang terkubur jauh di bawah lapisan es tebal ini. Benua ini telah diselimuti misteri tersendiri selama bertahun-tahun," ujar SecureTeam10.
Lainnya adalah barisan pegunungan gletser di Antartika. Gunung itu diberi nama Gamburtsev Mountain Range --dari nama seorang ilmuwan geofisika Soviet Grigoriy Gamburtsev-- dan diketahui memiliki ketinggian 3.400 meter.
Barisan pegunungan itu terletak di timur Antartika, di bawah Dome A dekat dengan Southern Pole of Inaccessibility, yang juga merupakan lokasi fasilitas riset Soviet. Menurut tinjauan, barisan gunung itu membentang sejauh 1.200 km dengan titik puncak setinggi 2.700 meter.
Anomali besar dan misterius lainnya di Antartika berada di bawah daratan beku di Wilkes Land, Antartika Timur yang ditemukan pada 2006. Area itu ditemukan ketika satelit NASA melihat perubahan gravitasi yang mengindikasikan adanya benda besar yang berada di tengah kawah sepanjang 480 km.
Salah satu tim NASA menilai bahwa itu adalah sisa-sisa asteroid masif yang berukuran lebih dari dua kali ukuran batuan angkasa Chicxulub --meteor pemusnah Dinosaurus.
Jika penjelasan ini benar, bisa jadi batu antariksa itu merupakan asteroid raksasa yang mengakibatkan kepunahan di era Permian - Triassic yang membunuh 96 persen mahluk laut dan sampai 70 persen organisme vertebrata yang hidup di darat.
Namun, sejumlah komunitas pegiat teori konspirasi muncul dengan gagasan 'gila' mereka, yang mengklaim bahwa kawah itu bisa jadi merupakan basis UFO yang sangat besar atau portal ke dunia bawah misterius yang disebut Bumi Berongga.
Advertisement