Kopi Arabika Banjarnegara Juara se-Nusantara

Kopi Arabika dari Kalibening, Banjarnegara, mendadak jadi buruan penikmat kopi setelah memenangkan Festival Kopi Nusantara.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 17 Okt 2017, 06:29 WIB
Kopi Arabika dari Kalibening, Banjarnegara, mendadak jadi buruan penikmat kopi setelah memenangkan Festival Kopi Nusantara. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap – Nama Banjarnegara nyaris tak terdengar dalam dunia kopi Tanah Air. Ia tenggelam oleh Kopi Raung Ijen, Toraja, dan nama-nama besar lainnya di khasanah kopi arabika. Bahkan dengan saudara segunung pun, Wonosobo, kopi Banjarnegara kalah tenar.

Tiba-tiba semuanya berubah kala kopi arabika dataran tinggi Kalibening, Banjarnegara, memenangkan Festival Kopi Nusantara 2017 di Bondowoso, 25-26 Agustus 2017 lalu. Kopi arabika Kalibening mendadak tenar dan menjadi buruan para penikmat kopi dari seluruh Indonesia.

Kopi ini menjadi kopi arabika terbaik setelah menyisihkan sembilan kopi arabika terbaik dari berbagai penjuru tanah air, yakni kopi Arabika Toraja, Samboga Bandung, Prigen Pasuruan, Kledung Temanggung, Ijen Raung Bondowoso, Flores Bajawa Ngada, Bumiaji Batu, Bowongso Wonosobo, dan kopi arabika Bandung.

Kopi Arabika Kalibening dinyatakan unggul dalam bermacam kategori, yakni aroma (fragrance), cita rasa (flavor), kekentalan (body), keasaman (acidity), dan cita rasa yang melekat di kerongkongan usai kopi diteguk (aftertaste).

Lantas, bagaimana kopi dari negeri antah berantah ini bisa melesat menjuarai ajang bergengsi itu?

Adalah, Galih Febianto (29) yang melakukannya. Pemuda asli Wanadadi, Banjarnegara itu adalah orang di balik kemenangan kopri arabika Kalibening menjadi pemenang Festival Kopi Nusantara 2017.

Tentu saja, kisah kemenangannya tak semudah membalikkan daun jati. Sebab, ia memulainya jauh hari sebelum ‘Kids Jaman Now’ mengerti kopi. Tahun 2008 adalah awal perkenalannya dengan kopi, saat menjadi distributor kopi Bali.

Ketika tahu daerahnya menghasilkan kopi, ia mulai menjadi semacam pengepul kopi dari dataran tinggi Karangkobar. Kopi robusta itu lantas dijual lagi kepada pedagang besar. Saat itu, ketertarikannya hanya sebatas berbisnis kopi daerah.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Protes Pelanggan

Kopi Arabika dari Kalibening, Banjarnegara, mendadak jadi buruan penikmat kopi setelah memenangkan Festival Kopi Nusantara. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Lama kelamaan, ia tertarik untuk belajar mengolah biji kopi agar cita rasa-nya pas dengan yang dimau penikmat kopi. Itu terjadi kala Galih membuka kedai kopi, yang kini berkembang menjadi Kafe Serabine.co.

"Ada yang komplain bijinya kegosongan, saya sampaikan ke petani besok lagi jangan gosong. Saya juga menyampaikan, waktu dijemur jangan sampai kena pasir, terlindas ban mobil. Ya saya sampaikan," ujarnya, Sabtu, 14 Oktober 2017.

Bagi Galih, protes dari pelanggan jadi pelajaran penting untuk memperbaiki kualitas kopinya. Ia pun rela bolak-balik mengedukasi petani agar kopi yang mereka hasilkan lebih bernilai jual.

Biji kopi memang memiliki perjalanan panjang hingga tersaji dalam secangkir kopi. Kopi terbaik dimulai dari perawatan tanaman yang bagus hingga pengolahan pascapanen yang tepat.

"Petani tahunya jual kopi ya setelah dijemur terus dijual. Tidak ada yang mengedukasi bagaimana agar kopi berkualitas dan memiliki cita rasa nomor satu," dia menjelaskan.

Perjalanan panjangnya berbuah manis. Galih memenangi Festival Kopi yang lantas membuat kopi arabika Kalibening kondang. Imbasnya, permintaan kopi arabika dari meningkat drastis.

"Permintaan semakin tinggi karena orang kan penasaran sama kopi Arabika Kalibening yang memenangi lomba," ujarnya.

Berkah kemenangannya juga tak hanya dinikmati Galih seorang. Para petani kopi di Banjarnegara kini lebih percaya diri karena produk kopi mereka kini tersohor dan makin menaikkan nilai jual.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya