Liputan6.com, Berlin - Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere menghadapi kritikan dari partainya sendiri setelah ia mengusulkan pengakuan secara resmi terhadap hari besar agama Islam dan menjadikannya hari libur di beberapa negara bagian.
Saat ini sekitar 4,5 dari 80 juta penduduk Jerman diketahui menganut agama Islam.
Advertisement
"Di tempat-tempat di mana ada banyak muslim, mengapa kita tidak berpikir untuk memberikan mereka libur pada hari besarnya," ungkap de Maiziere seperti dikutip dari The Washington Post pada Selasa (17/10/2017).
Pernyataan de Maiziere tersebut dilontarkan dalam kampanye Partai Demokrat Kristen (CDU) di Lower Saxony di mana pemilu lokal tengah berlangsung pada Minggu waktu setempat. Respons yang menentang gagasan de Maiziere pun berdatangan.
Ketua CDU di Lower Saxony, Bernd Althusmann, dengan cepat menolak usulan de Maiziere. Diduga ia khawatir hal tersebut akan berdampak negatif pada hasil pemilu.
"Secara umum, saya pikir bahwa diskusi tentang hari libur keagamaan tidak tepat selama kampanye pemilu," kata Althusmann.
Ia menambahkan, "Liburan memiliki tradisi yang panjang di Jerman. Saya tidak melihat adanya kebutuhan untuk mengubah struktur yang sudah mapan tersebut".
Sebelumnya, Alexander Dobrindt dari partai Serikat Sosial Kristen (CSU) mengatakan kepada koran Bild bahwa Jerman adalah negara Kristen dan itu tidak bisa diganggu gugat. "Kami tidak akan membuat hari libur Muslim di Jerman."
Penolakan atas ide de Maiziere ini pada dasarnya tidak mengejutkan mengingat 16 wilayah di Jerman memiliki tanggung jawab untuk mengatur hari libur mereka masing-masing. Sehingga usulan de Maiziere bahkan memicu pertanyaan apa pentingnya pemerintah nasional mengungkap isu ini.
Dalam pemilu nasional yang berlangsung bulan lalu, CDU telah kehilangan banyak suara. Mereka beralih mendukung Partai Alternatif untuk Jerman (AfD). Fakta tersebut mencuatkan kekhawatiran bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel telah "menggeser" CDU terlalu jauh ke kiri, meninggalkan basis pendukung konservatifnya.