Pakai 'Keranjang Cinta', Suami Buta Gendong Istri Selama 29 Tahun

Selama 24 jam sehari, pasangan petani ini selalu bersama. Sang suami selalu menggendong istrinya yang tak bisa berjalan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 17 Okt 2017, 16:37 WIB
Pasangan suami istri yang menjadi sorotan di China. (Screen Grab)

Liputan6.com, Chongqing - Pasangan yang satu ini mungkin boleh dibilang yang paling tangguh. Mengapa demikian? Sebab, di tengah keterbatasan fisik mereka, keduanya bisa saling membantu selama 29 tahun.

Seperti dikutip dari Asia One, Selasa (17/10/2017) pasangan suami istri itu adalah Cao Shucai dan Xu Houbi. Mereka bekerja sebagai petani di Desa Yong'an di luar Chongqing, China.

Meski sang suami, Cao Shucai, dalam kondisi buta, ia dengan sigap menggendong sang istri, Xu Houbi, yang tak dapat berjalan. Caranya, dengan menempatkannya di dalam "keranjang cinta" yang sudah dimodifikasi. 

"Saya mengandalkan dia untuk segalanya. Tak mudah baginya untuk menggendongku sepanjang waktu," ujar Xu Houbi.

"Dia selalu menaruh makanan di hadapanku, karena dia tidak ingin aku berpindah," ucap Xu Houbi.

Keduanya diperkenalkan oleh bibi Cao Shucai dan saudara perempuan Xu Houbi.

"Orang-orang di sekitar kerap berguyon. Mereka mengatakan belum pernah melihat pasangan seperti kami, yang bertahan satu sama lain selama 24 jam sehari," kata Cao Shucai.

Tapi, itulah yang terjadi.

Berikut ini rekaman keseharian mereka:


Mengajar Sambil Gendong Bayi, Profesor di Afrika Tuai Pujian

Aksi menggendong yang juga menjadi sorotan dan menuai pujian dari para netizen, pernah dilakukan oleh seorang guru besar di sebuah universitas di Pantai Gading, Afrika Barat.

Honore Kahi kemudian dijuluki "pahlawan" dan mendapatkan banyak pujian dari murid dan orang-orang yang melihat fotonya menggendong bayi laki-laki, sambil mengajar di dalam kelas.

Ternyata Kahi menawarkan diri untuk menjaga bayi yang tiba-tiba menangis di tengah-tengah pelajaran. Anak kecil itu dibawa sang ibu yang tengah belajar di kelasnya, tapi ia tak bisa duduk diam.

"Dia terkejut dan tertawa saat aku menawarkan diri untuk menggendong bayinya. Lalu dia mengambil foto," kata Kahi, seperti dikutip dari BBC pada 1 Juli 2016.

Pak profesor itu mengaku mengikatkan si bocah di punggung. Tak lama kemudian, tangis anak itu berhenti dan ternyata sudah sudah tertidur.

Kahi mengetahui cara menggendong bayi karena melihat para perempuan melakukan hal tersebut.

"Faktanya, laki-laki sebenarnya tahu bagaimana cara melakukan sesuatu. Hanya saja cara masyarakat memandang pria, membuat mereka enggan melakukannya," kata Kahi.

Setelah foto-foto Kahi mengajar sambil menggendong bayi yang tersebar luas di dunia maya, ia pun dijadikan seorang panutan.

"Mereka kemudian menyadari, seperti inilah seorang ayah yang baik, lelaki sejati... (dan) panutan," kata guru besar Universitas Bouake itu.

Kahi yang mengajar ilmu komunikasi itu juga menyebutkan, perempuan harusnya tidak harus berkecil hati akibat persepsi orang tentang apa yang harus mereka lakukan.

"Apa yang berlaku di sini adalah... chauvinisme laki-laki. Ini bukan karena ada hal sulit lalu kita tidak berani. Justru karena kita tidak berani hal tersebut menjadi sulit," kata dia.

"Dalam lingkungan ini, kita membiarkan diri kita berkecil hati akibat orang lain," ujar Kahi menambahkan.

Menurut laporan dari PBB, anak perempuan terlambat mendapatkan pendidikan dasar dibandingkan anak laki-laki di wilayah sub-Sahara, Afrika.

Para gadis kecil itu juga kurang terwakili untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya