Ramai soal Pribumi, Romo Benny Minta Pemimpin Hati-Hati Berkata

Rohaniawan Romo Benny menyebut, istilah pribumi dan nonpribumi sudah selesai sejak amandemen UUD 1945.

oleh Sunariyah diperbarui 17 Okt 2017, 18:43 WIB
Romo A Benny Susetyo memberikan pernyataan soal istilah pribumi dan nonpribumi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Anies Baswedan telah dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, Senin 16 Oktober kemarin di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Usai dilantik, Anies dan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno langsung menuju Balai Kota DKI. Di tempat ini Anies, tidak hanya bertemu pendukungnya, tapi juga memberikan pidato politik pertamanya sebagai gubernur.

Pidato Anies tersebut menjadi sorotan banyak orang saat ini, setelah dia menyebut istilah pribumi. Banyak orang bereaksi, salah satunya rohaniawan Romo Benny Susetyo.

Saat berkunjung ke kantor SCTV, Jakarta Pusat, Selasa (17/10/2017), Romo Benny menyayangkan istilah pribumi yang digunakan Anies itu. Dia mengatakan, istilah pribumi dan nonpribumi itu sudah selesai sejak amandemen UUD 1945.

"Jadi kalau kita kembali mempersoalkan pribumi dan nonpribumi, berarti kita mengingkari pendiri bangsa kita. Sebab, bangsa ini berdiri dari berbagai suku bangsa dan ribuan etnis. Menggunakan istilah pribumi itu tidak tepat dalam konteks demokrasi," papar Romo Benny kepada Liputan6.com.

Dia mengingatkan, saat ini Indonesia tidak lagi menghadapi zaman kolonial. Namun menghadapi era milenial, di mana tantangan yang dihadapi adalah bagaimana bangsa mampu bersaing dalam zaman digitalisasi.

"Sekarang ini adalah zaman digitalisasi, zaman yang cepat, efisien, dan zaman yang menembus batas waktu. Kalau kita masih mempermasalahkan ini (pribumi dan nonpribumi), berarti kita kepo, sudah ketinggalan zaman," papar Romo Benny lagi.

Seorang pemimpin, kata dia, harus visioner dan mampu membaca realitas bahwa bangsa saat ini menghadapi zaman digitalisasi.

"Saya berharap peritiwa ini tidak terjadi lagi, tapi pembelajaran, proses menjadi Indonesia belum selesai. Saatnya pemimpin harus membaca konstitusi lagi," dia berharap.

Dia juga meminta seorang pemimpin harus hati-hati dalam mengucapkan kata dan memilih kata. Juga harus mengutamakan kepentingan publik, bukan kepentingan politik, golongan, atau etnis.

Selain itu, ujar Romo Benny, seorang pemimpin harus memahami konstitusi, dan mengisi jiwanya dengan Pancasila.

"Karena seorang pemimpin harus menyatukan semua bangsa jadi satu. Dan Pancasila itu tidak diskriminatif. Pancasila itu menjunjung tinggi nasionalisme," jelas Romo Benny.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penjelasan Anies

Anies Baswedan menyebut, penggunaan istilah pribumi dalam pidato semalam adalah untuk menjelaskan sejarah penjajahan era kolonial dulu.

"Istilah itu digunakan untuk konteks pada saat era penjajahan, karena saya menulisnya juga pada era penjajahan dulu," kata Anies ditemui di Balai Kota, Jakarta, Selasa (17/10/2017).

"Kalau kota lain itu enggak lihat Belanda dekat, yang lihat Belanda dari jarak dekat siapa? Yang lihat depan mata kita, yang di kota Jakarta ini," ujar Anies.

Dalam pidatonya setelah serah terima jabatan, sesekali membaca naskah dia menjelaskan kondisi Jakarta di era kolonialisme.

"Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat. Penjajahan di depan mata itu di Jakarta selama ratusan tahun, di tempat lain penjajahan mungkin terasa jauh. Tapi di Jakarta bagi orang, Jakarta yang namanya kolonialisme itu dirasakan sehari-hari. Karena itu bila kita merdeka, janji-janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta," kata Anies tanpa membaca teks.

"Dulu, kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan, kini telah merdeka, kini saatnya kita merdeka, kini satnya jadi tuan rumah di negeri sendiri," Anis melanjutkan.

Anies kemudian melanjutkan pembacaan pidato dengan membaca naskah yang telah diketiknya dalam lembaran kertas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya