Liputan6.com, Pyongyang - Perempuan Korea Utara yang menjadi pembelot menyebut, rezim totaliter Kim Jong-un sangat buruk. Bahkan, keburukan rezim itu jauh melampaui dari apa yang digambarkan oleh media.
Sebut saja namanya Joy, perempuan itu menjadi pembelot saat berusia 18 tahun. Tak jelas pada tahun berapa ia meninggalkan tanah airnya untuk menuju China. Demikian seperti dilansir Independent, Selasa (17/10/2017).
Nahas bagi Joy. Niat hati ingin terbebas dari belenggu totaliter Korut, ia justru menjadi korban, terperosok masuk ke dalam jerat sindikat perdagangan manusia Negeri Tirai Bambu.
Ia kemudian dijual untuk menjadi pengantin untuk dinikahi seorang pria Korea Selatan. Dari pernikahan yang 'dipaksakan' itu, Joy memiliki seorang anak perempuan.
Masih merasa terbelenggu, Joy pun kembali melarikan diri dari Korsel, meninggalkan anak perempuan dan suaminya.
Perempuan yang kini berusia 25 tahun itu menceritakan kisah hidupnya di Korea Utara melalui laman elektronik forum Reddit dalam kanal 'ask me anything'.
Baca Juga
Advertisement
"Saya tidak menghabiskan banyak waktu di sekolah mengingat betapa sulitnya hidup kami," jelas Joy.
Joy juga menambahkan, ketika dunia hanya berfokus pada krisis rudal, nuklir, dan militer Korut, ada satu masalah besar lain yang luput dari perhatian, yaitu, krisis kemanusiaan yang melanda di Korea Utara.
"Kondisinya sangat buruk, lebih dari yang diberitakan oleh media. Hampir rata-rata penduduk Korut hidup terseok-seok," jelas perempuan yang sempat hidup 18 tahun di Korut.
"The Great Famine di Korut (1994 - 1998) membuat kami hidup tanpa makanan. Untuk mengatasi hal itu, maka kami memilih bekerja di ladang ketimbang sekolah."
Ia juga menjelaskan, hanya orang-orang terpilih yang dapat tinggal di Ibu Kota Pyongyang, yakni, mereka yang setia terhadap rezim. Sementara itu, bagi yang tak setia terhadap rezim, penjara adalah hunian untuk mereka.
"Saya tahu beberapa orang yang menghilang dan rumor menyebut bahwa mereka dibawa ke kamp kerja paksa. Tidak ada cara untuk mengonfirmasi memang, karena mereka hilang begitu saja pada suatu hari."
Atasi Kelaparan, Tentara Korut Jarah Ladang Petani
Ketika Kim Jong-un tengah menunjukkan diri kepada dunia atas pencapaian teranyar program persenjataan rudal jarak jauh lewat uji coba teranyar yang dilakukan awal pekan ini, tentara Korea Utara justru dikabarkan tengah diterpa masalah.
Menurut media berbasis di Korea Selatan yang rutin memberitakan isu seputar Korut, Daily NK, hampir sebagian besar personel militer negara dengan Ibu Kota Pyongyang itu tengah diterpa bencana kelaparan.
Guna memenuhi ransum yang semakin berkurang, sejumlah perwira tinggi militer Korea Utara memerintahkan para prajuritnya untuk menjarah jagung langsung dari ladang para petani. Demikian seperti dilansir Telegraph.
"Para perwira tinggi militer memerintahkan para tentara, yang kelelahan akibat berlatih, untuk menjarah dan memakan jagung langsung dari ladang para petani," kata seorang narasumber anonim yang berdomisili di Provinsi Hamgyong Utara, Korut, menuturkan kepada Daily NK.
"Mereka (para perwira tinggi) juga seakan mengancam para tentara dengan mengatakan, 'jika kalian tetap mengalami kelaparan setelah diizinkan menjarah dan memakan jagung tersebut, kalian akan menerima ganjarannya'," kata sang narasumber.
Sumber lain di Provinsi Ryanggang, Korea Utara, mengklaim, dalam beberapa waktu terakhir kerap terlihat sejumlah tentara yang membawa beberapa karung besar berisi jagung mentah untuk dijual ke pasar.
Daily NK menambahkan, para petani jagung kini tampak meningkatkan pengawasan pada ladang mereka, guna mencegah penjarahan yang dilakukan oleh para tentara Korut.
Berbagai macam sanksi politik, diplomasi, dan ekonomi yang dijatuhkan komunitas internasional terhadap Korea Utara mengakibatkan negara yang dipimpin Kim Jong-un itu terancam mengalami bencana kelaparan. Tak hanya sanksi, fenomena kekeringan yang melanda Korut semakin memperparah kondisi tersebut.
Bencana kelaparan itu akan mengancam kondisi kesehatan 25 juta warga sipil dan jutaan tentara Korut. Demikian seperti dilansir dari The Guardian, Kamis 24 Agustus 2017.
Kabar itu disampaikan Jiro Ishimaru, seorang produser film dokumenter dan ketua koordinator jaringan jurnalisme warga Korea Utara.
"Korea Utara akan mengalami kesulitan memberi makan tentara mereka yang berjumlah sangat banyak," ucap pria asal Jepang itu kepada The Guardian.
"Korupsi juga sangat merajalela. Ketika pejabat tinggi menjual seluruh pasokan makanan yang diproduksi Korut ke pasar perdagangan, para warga tidak akan disisakan apapun," kata Ishimaru.
Ishimaru juga menjelaskan, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap sejumlah warga Korut yang tinggal dekat dengan perbatasan China, tentara negara tersebut sedang berada dalam kondisi tidak sehat.
"Banyak tentara Korea Utara dalam kondisi fisik yang tidak sehat dan tidak siap untuk melakukan pertempuran," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement