Liputan6.com, Jakarta Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengungkapkan ada tiga perusahaan asing yang tertarik membangun layar bioskop di Indonesia, yakni Korea Selatan, India, dan China. Para investor ini akan mendukung target pemerintah untuk mendirikan 1.000 bioskop sampai akhir 2019.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf mengungkapkan, perusahaan paling serius adalah Lotte Group melalui Lotte Cinema. Perusahaan bioskop asal Korea Selatan ini sudah beberapa kali bertemu dengan Triawan untuk membahas rencana pembangunan bioskop di Tanah Air.
"Lotte Cinema sudah berapa kali ketemu saya. Mereka sudah buka kantor di sini, tapi mereka tidak bisa bangun sekarang karena kan mesti studi kelayakan dulu di kota mana yang ada potensi penontonnya," kata Triawan di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, sambungnya, Lotte Cinema juga masih harus mencari tanah untuk merealisasikan rencana tersebut. Namun untuk jumlah bioskop yang bakal dibangun, Triawan belum mengetahuinya.
"Belum, sekarang masih persiapan, mungkin cari partner. Kalau sudah semuanya, pasti mereka langsung bikin. Tapi saya minta bangun masif di kota-kota kecil, bukan di Jakarta dan di mal. Tapi dia minta ada perimbangan," ucap Ayah dari penyanyi Sherina Munaf itu.
Namun demikian, Triawan mengaku, saat ini investor asing merasa lega dengan kebijakan pemerintah merelaksasi aturan Daftar Negatif Investasi (DNI). Di dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016, industri perfilman termasuk peredaran film 100 persen dibuka untuk asing. Sebelumnya, investasi ini 100 persen hanya boleh dimiliki Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
"Sekarang mereka sudah lega boleh investasi bangun bioskop di Indonesia. Kita mengejar sesuatu yang sudah 30 tahun lebih tidak dilaksanakan untuk investor asing. Jadi mereka mesti mempelajari dulu," ujarnya.
Lebih jauh diakui Triawan, bukan hanya Lotte Cinema yang sudah ancang-ancang membangun bioskop di Indonesia. Perusahaan lain yang tertarik masuk ke bisnis ini adalah perusahaan bioskop asal India.
"Ada bioskop dari India Selatan. Itu sudah besar di sana. Bisnis modelnya yang saya lihat bekerja sama dengan investor. Misalnya Anda punya tanah di Ciamis 1.000 meter, lalu kerja sama dengan dia, nanti bagi hasil. Bioskopnya sudah praktis sekali, bentuk bagus, sudah modern," jelasnya.
Dia pun mengatakan, ada perusahaan China yang tertarik membangun layar bioskop di Indonesia. "China juga, tapi nanti kita lihat dalam beberapa bulan ini," ujarnya.
Triawan optimistis, 1.000 bioskop dapat terbangun sampai 2019 dengan dukungan dari investor asing dan domestik. Dia juga belum berencana untuk mengatur porsi film yang diputar di bioskop, apakah itu lebih banyak lokal dibanding asing.
"Belum diaplikasikan. Kalau film dibatasi, tapi film lokal belum banyak, kasihan bioskopnya bisa bangkrut. Yang ready kan film dari luar seiring peningkatan produksi film-film nasional," tukasnya.