Liputan6.com, Tel Aviv - Israel tidak akan mengizinkan kehadiran militer Iran secara permanen di Suriah. Hal tersebut ditegaskan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kepada Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, sehari setelah Israel menghancurkan sebuah peluncur misil-anti serangan udara di Suriah yang menembaki pesawat Israel di Lebanon.
Baik Rusia dan Iran merupakan sekutu utama rezim Presiden Bashar al-Ashar.
Seperti dikutip dari The Jerusalem Post pada Rabu (18/10/2017), menurut kantor Perdana Menteri Israel, pertemuan antara Netanyahu dan Shoigu mayoritas membahas upaya Iran untuk membentuk eksistensi militer permanen di Suriah.
"Iran perlu memahami bahwa Israel tidak akan mengizinkan hal tersebut," tegas Netanyahu kepada Shoigu.
Kesepakatan nuklir Iran dan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang belum lama ini menolak memberikan sertifikasi atas kesepakatan tersebut, juga turut dibahas dalam pertemuan keduanya.
Netanyahu pun menegaskan kembali posisi Israel yang meyakini bahwa jika kesepakatan tersebut tidak diubah, maka Iran akan mampu menghasilkan senjata nuklir dalam waktu delapan sampai 10 tahun mendatang.
Sementara itu, media Rusia yang mengutip pernyataan Wakil Menteri Pertahanan Alexander Fomin mengatakan, pasca-pertemuan Netanyahu dan Shoigu muncul keyakinan bahwa tatap muka yang dilakukan di Israel itu akan lebih mendorong pengembangan kerja sama kedua negara.
Fomin juga menuturkan bahwa dalam pertemuan tersebut, kedua negara mendiskusikan penolakan mereka terhadap antisemitisme, pemalsuan sejarah Perang Dunia II, dan pengabaian atas peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi.
Baca Juga
Advertisement
Pejabat diplomatik mengatakan, pengakuan Israel atas peran penting Tentara Merah dalam menaklukkan Nazi telah menjadi kunci dalam pengembangan hubungan kuat kedua negara. Karena selama ini Moskow merasa upayanya dan pengorbanannya atas kekalahan Nazi telah diremehkan Barat.
Pada tahun 2012, Israel mendedikasikan sebuah monumen bagi Tentara Merah di Netanya. Ini merupakan satu-satunya langkah yang dilakukan oleh negara di luar pecahan Uni Soviet.
Selama kunjungan perdananya ke Israel, Shoigu juga bertemu dengan mitranya, Menteri Pertahanan Avigdor Liberman pada Senin malam waktu setempat. Dalam kesempatan tatap muka itu, Shoigu menjelaskan bahwa operasi Rusia di Suriah "hampir selesai". Namun, ia menekankan ada banyak persoalan yang harus ditangani.
Campur tangan Moskow dalam perang sipil di Suriah bermula pada September 2015. Sejak saat itu pula, pejabat Israel dan Rusia telah mengadakan pertemuan reguler untuk membahas mekanisme dekonstruksi demi memastikan bahwa pasukan Israel dan Rusia tidak bentrok di Suriah.
Shoigu berharap kunjungannya ke Israel akan membantu lebih memahami satu sama lain dan berkontribusi memperkuat hubungan antar angkatan bersenjata kedua negara.
"Seiring dengan meningkatnya aktivitas terorisme, masyarakat internasional perlu tetap bersatu untuk berjuang melawan kejahatan ini," ungkap Menhan Rusia itu.