Solusi Bandung untuk Ojek Pangkalan dan Angkot, Kapan Terwujud?

Pemkot Bandung sebelumnya juga mewacanakan solusi peremajaan angkot Bandung dengan meluncurkan angkot pintar dan Angklung.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Okt 2017, 07:30 WIB
Angklung (Angkutan Kota Keliling Bandung), jurus Pemkot Bandung tarik penumpang, yang diluncurkan pada 1 Maret 2017 lalu. (dok. Dishub Bandung)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Kota Bandung tengah menyiapkan inovasi baru untuk ojek pangkalan (opang) dan angkutan kota (angkot). Tujuannya, agar opang dan angkot tetap beroperasi dengan saling berbagi ruang.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, Didi Ruswandi mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan aplikasi Lojek (lokal ojek). Aplikasi tersebut akan memberikan pekerjaan baru bagi opang yakni mengantar makanan atau barang.

"Kami mau membagi supaya angkot masuk ke pemukiman dan ojek pangkalan diarahkan jadi angkutan barang dan makanan," kata Didi ditemui wartawan di Pendopo Kota Bandung, Selasa, 17 Oktober 2017.

Dia menjelaskan, aplikasi tersebut hampir sama dengan aplikasi transportasi online secara umum. Namun, hanya bisa digunakan bagi ojek pangkalan.

Didi mengakui aplikasi itu masih dalam tahap penyempurnaan. Diharapkan dalam waktu dekat, aplikasi ini akan diperkenalkan kepada sopir ojek pangkalan.

"Kita lagi menyusun program untuk aplikasinya," katanya.

Sedangkan untuk angkot, secara bertahap mereka akan beroperasi ke pemukiman. Namun, hal itu bisa terwujud jika sudah tersedianya bus besar di jalur utama.

"Jadi di jalur utama bus, angkot ke pemukiman. Untuk nanti yang pesan makanan, lewat ojek pangkalan," ucapnya.

Dia berharap, jika rencana tersebut terwujud, masyarakat tidak perlu lagi membawa kendaraan pribadi. Saat ini, 80 persen kendaraan pribadi mendominasi transportasi yang digunakan masyarakat.

Rencananya, perubahan trayek baru angkot akan diujicobakan dalam waktu dekat. "Saat ini yang sepakat angkot Antapani. Untuk keluar jalur utama, ada TMB koridor 4. Mereka (angkot) juga ada yang mau dikonversi ke bus," katanya.

Selain sudah sosialisasi dengan angkot Antapani, Didi juga mengaku sudah bersepakat dengan ojek pangkalan. "Ada yang mau bergabung ke angkot atau ikut pola jadi ojek beraplikasi tadi," ucapnya.

Saat ini, Didi menambahkan, jumlah angkot di kota Bandung mencapai 4.739 yang sudah menjalani uji kendaraan. Sedangkan, kuota yang ada sebanyak 5.221 unit.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Wacana Solusi Pemkot

Para sopir angkot di Kota Bandung, Jawa Barat, belakangan ini kerap mengeluhkan sepinya penumpang. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Sebelumnya, Pemkot Bandung meluncurkan wacana mengadakan Angkot Pintar untuk menarik minat penumpang. Angkot Pintar adalah angkot yang menyediakan fasilitas perpustakaan sehingga penumpang bisa mengisi waktu dengan membaca buku selama berada di angkot.

Selain itu, angkot itu nantinya akan dilengkapi fasilitas layanan seperti Wi-Fi, free charger, hingga air minum gratis dan lainnya.

Tarif Angkot Pintar sama seperti angkot reguler. Namun, setiap unitnya dilengkapi dengan identitas pengemudi dan nomor telepon hotline pengaduan laporan masyarakat.

"Permohonan untuk Angkot Pintar ini sudah banyak karena tidak pakai APBD, tetapi berdasarkan donasi dari masyarakat. Untuk program ini, kita menggandeng komunitas Gerakan Rindu Menanti. Kita adakan donasi buku lalu mereka yang membuatkan perpustakaan tersebut," tutur Didi.

Inovasi lainnya ialah dengan meluncurkan Angklung (Angkutan Kota Keliling Bandung) pada 1 Maret 2017 lalu. Fasilitas Angklung di antaranya Wi-Fi, AC dan layar tv. Jika dibandingkan dengan angkot konvensional, tarif Angklung memang lebih mahal yakni Rp 5.000 sampai Rp 12.000 untuk sekali jalan.

"Mudah-mudahan, minggu depan (Angklung) sudah bisa beroperasi walaupun baru berjalan di dua trayek Cijerah-Ciwastra," ujar Didi.

Tidak cukup sampai di situ, inovasi juga dilakukan dengan membuat aplikasi Hayu Ngangkot yang telah diuji coba secara internal oleh Dishub. Dengan adanya aplikasi itu, penumpang nantinya hanya mengklik saja angkot yang akan ditumpangi.

Namun, solusi itu hingga kini masih belum terlihat wujudnya di jalanan Kota Bandung.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya