Liputan6.com, Moskow - Seorang sosialita Rusia, Ksenia Sobchak, maju dalam pemilihan presiden yang akan digelar pada Maret 2018. Meski demikian, ia mengaku bahwa langkah yang akan ditempuhnya tak mudah.
Kremlin menyambut baik pencalonannya, dengan mengatakan bahwa pengajuan dirinya itu sepenuhnya bersifat konstitusional.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari BBC, Kamis (19/10/2017), Sobchak mengaku mendukung tokoh oposisi, Alexei Navalny, yang dilarang maju dalam pilpres 2018 karena terbukti melakukan penipuan -- yang Navalny sebut dibuat-buat. Saat ini Navalny menjalani penjara 20 hari karena telah mengorganisir unjuk rasa yang tak diberi izin oleh pihak berwenang.
Meski sama-sama dari pihak oposisi, Navalny telah memperingatkan Sobchak agar tak maju dalam pilpres. Beberapa pihak pun memprediksi adanya perpecahan di pihak oposisi.
Sobchak, seorang sosialita yang beralih menjadi jurnalis dan presenter TV mengatakan, ia ingin menjadi 'corong' bagi mereka yang tak bisa menjadi kandidat.
"Saya melawan revolusi, tapi saya adalah perantara dan pengorganisir yang baik," tulis Sobchak dalam sebuah surat yang diterbitkan dalam situs bisnis Vedomosti.
Sekilas tentang Ksenia Sobchak
Perempuan berusia 35 tahun itu adalah anak dari mantan Wali Kota Saint Petersburg, Anatoly Sobchak. Ia dikenal sebagai guru politik Putin.
Sobchak yang dijuluki sebagai Paris Hilton Rusia, mendapat ketenaran setelah tampil dalam sebuah reality show populer berjudul Dom-2.
Pilpres Rusia akan dimulai sekitar 7 Desember 2017, yakni saat partai politik diperkirakan akan mengadakan kongres untuk mencalonkan kandidat mereka.
Seorang warga negara Rusia yang tak didukung partai politik, atau dikenal dengan calon independen, berhak mendaftar sebagai calon presiden setelah ia mengumpulkan setidaknya 300.000 tanda tangan.
Sementara itu, meski Putin diperkirakan akan terpilih lagi menjadi presiden jika ia maju dalam pilpres, pria berusia 65 tahun itu belum mengumumkan pencalonannya.
Advertisement