Liputan6.com, Chicago - Hari ini Google Doodle memperingati ulang tahun ke-107 Subrahmanyan Chandrasekhar, ilmuwan yang banyak mengungkap misteri bintang yang jadi pusat di tata surya kita, Matahari.
Astrofisikawan kelahiran Pakistan itu terkenal atas penemuannya tentang evolusi bintang. Sebelum genap berusia 20 tahun, Chandraskar telah membangun teori tentang evolusi tersebut.
Dikutip dari Independent, Kamis (19/10/2017), dari beberapa karya Chandrasekhar yang mengungkap misteri indahnya bintang-bintang di langit, salah satu karyanya yang paling mendapat perhatian adalah soal kematian bintang.
Baca Juga
Advertisement
Di akhir hidupnya, bintang besar akan kehilangan energi dan tersedot oleh gravitasinya sendiri dan kemudian berubah menjadi bintang kecil putih atau disebut juga katai putih.
Meski berubah ukuran menjadi lebih kecil, katai putih memiliki massa yang sama seperti sebelumnya dan membuatnya menjadi bintang yang sangat padat. Itulah nasib yang menanti lebih dari 97 persen bintang di Galaksi Bima Sakti.
Namun, Chandrasekhar juga menemukan bahwa bintang yang lebih besar tak akan menyusut. Lapisan luar bintang itu akan hancur dalam ledakan besar dan sisa bagian bintang akan runtuh dan menciptakan bintang neutron, bintang padat yang berasal dari bintang besar setelah mengalami supernova.
Prosesnya tak sampai di sana. Bintang neutron akan terus runtuh dan akhirnya berubah menjadi lubang hitam, atau kita kenal dengan black hole.
Seluruh karya Chandrasekar itu membantu menjelaskan misteri paling kelam di alam semesta: lubang hitam dan bintang neutron.
Sumbangsih Chandrasekhar
Teori Chandrasekhar Limit atau Batas Chandrasekhar secara khusus ditampilkan dalam Google Doodle.
Teori itu mengacu pada perhitungannya bahwa saat bintang bermassa 1,44 kali dari Matahari, maka benda langit itu tak akan berubah menjadi katai putih dan runtuh. Namun, bintang itu akan meledak dan berubah menjadi lubang hitam.
Chandrasekhar banyak menyelesaikan karyanya saat ia melakukan perjalanan dari India ke Inggris, saat ia berniat untuk bekerja di Cambridge. Namun, ia kemudian pindah ke Univeristy of Chicago, di mana ia bekerja untuk sebagian besar hidupnya.
Karya pria yang meraih Nobel Fisika 1983 itu membantu memberi informasi atas penelitian dan eksplorasi ruang angkasa pada saat ini.
Ia juga pernah menulis ulang karya Isaac Newton, Principia, sehingga lebih mudah dipahami pembaca umum. Selain itu, uang hadiah Nobelnya ia berikan kepada astrofisikawan di University of Chicago.
Advertisement