Spekulasi Pimpinan Baru The Fed Dorong Bursa Asia Naik

Sebelumnya Wall Street menguat dengan indeks Dow dan S & P 500 mencapai kenaikan tertinggi.

oleh Nurmayanti diperbarui 20 Okt 2017, 08:44 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat terpicu spekulasi tentang siapa yang akan memimpin Bank Sentral di Amerika Serikat (AS), yang ikut membuat investor global lebih waspada.

Melansir laman Reuters, Jumat (20/10/2017), Bursa Selandia Baru tergelincir 0,1 persen, menghentikan 13 sesi penguatan, setelah Partai Nasionalis Selandia Baru sepakat untuk membentuk pemerintahan baru bersama Partai Buruh haluan kiri, usai negosiasi politik.

Sementara indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang, yang sempat menggapai posisi puncak dalam 10 tahun pada Selasa, kembali naik 0,1 persen pada awal perdagangan. Namun bila dibandingkan kondisi sepekan, masih turun 0,2 persen.

Adapun indeks Nikkei Jepang tergelincir 0,3 persen. Ini masih berada di jalur kenaikan mingguan sebesar 1,1 persen. 

Sebelumnya Wall Street menguat dengan indeks Dow dan S & P 500 mencapai kenaikan tertinggi pada penutupan perdagangan Kamis.

Pasar berbalik menguat di menit terakhir, usai munculnya sebuah laporan yang menyebutkan jika Jerome Powell menjadi kandidat utama calon ketua Federal Reserve (The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 5,44 poin atau 0,02 persen ke posisi 23.163,04. Sementara indeks S&P 500 naik 0,84 poin atau 0,03 persen menjadi 2.562,1 dan Nasdaq Composite turun 19,15 poin atau 0,29 persen menjadi 6.605.07.

 

"Kejelasan tentang pencalonan Fed akan positif terhadap dolar," kata Masafumi Yamamoto, kepala strategi valas di Mizuho Securities.

Namun indeks dolar, yang mengukur mata dolar terhadap enam mata uang lainnya, turun 0,1 persen menjadi 93.163, naik sedikit untuk minggu ini.

Terhadap Yen, Dolar naik tipis menjadi 112,59, berada di jalur peningkatan 0,7 persen dalam sepekan, setelah mencapai level tertinggi hampir dua minggu di posisi 113.145 yen pada Kamis.

Di Eropa, saham mencatat penurunan terbesarnya dalam dua bulan karena kekhawatiran akan pergolakan politik di Spanyol. Serta hasil kinerja yang mengecewakan dari perusahaan besar seperti Unilever, France's Publicis dan Kion Jerman.

 

Sementara harga minyak mentah menguat setelah merosot lebih dari 1 persen, tertekan persediaan yang lebih besar dari perkiraan di Amerika Serikat dan aksi ambil untung.

Harga minyak mentah Brent naik 9 sen menjadi US$ 57,32 per barel, sementara minyak mentah AS menguat 13 sen menjadi US$ 51,42.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya