Divonis Hamil Palsu, Tak Tahunya Ada Janin Hidup di Perut Cucu

Perdarahan hebat yang dialami Cucu Latifah karena sempat dinyatakan janin di dalam rahimnya tidak berkembang, ternyata janinnya hidup.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Okt 2017, 10:30 WIB
Cucu Latifah Hidayati mengalami perdarahan hebat dan ternyata janin hidup. (Foto: Cucu Latifah)

Liputan6.com, Depok, Jawa Barat Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) sempat menunjukkan janin yang dikandung Cucu Latifah Hidayati (46) tidak berkembang. Bahkan tidak ada tanda-tanda keberadaan rahim di janin. Namun, ternyata ada janin yang masih hidup setelah Cucu mengalami perdarahan hebat. Ia pun harus berjuang melahirkan anak keduanya ini tanpa kehadiran sang suami.

Pada waktu itu, suami cucu yang berprofesi sebagai militer sedang bertugas ke Aceh. Proses melahirkan anak kedua, yang bernama Nur Cholis Khoirullah penuh haru. Saat melahirkan pada Februari 2003, ia sudah tidak bisa menahan untuk mengejan lagi.

Namun, suster yang menangani persalinan meminta Cucu untuk menahan untuk mengejan. Hal ini karena suster yang menangani Cucu harus menolong pasien. Ia dipaksa miring menahan untuk mengejan tapi tidak bisa ditahan. Setelah suster menolong pasien lain, Cucu diminta mengejan kembali.

“Saya disuruh mengejan lagi tapi tidak bisa. Ya, karena saya sudah dari tadi mengejan sendiri. Itu tidak bisa ditahan. Akhirnya, bayi susah keluar. Tindakan yang diambil,  saya divakum—melahirkan dengan alat bantu berbentuk cup, yang ditempelkan pada permukaan atas kepala bayi,” kata Cucu ketika berbincang dengan Health Liputan6.com pada Selasa, 17 Oktober 2017.

Alat vakum dimasukkan hingga lima kali untuk menarik bayi untuk keluar. Melalui vakum, bayi pun bisa keluar. Istilahnya, bayi dikeruk dari dalam rahim baru bisa keluar. Saat divakum, Cucu minta dibius karena rasa sakit yang luar biasa. Persalinan yang sulit dan harus divakum membuat suster yang menangani Cucu pun minta maaf.

Suster meminta maaf atas tindakan yang harus menahan untuk mengejan dan meninggalkan beberapa menit untuk menolong pasien lain.

“Ya, yang penting, saya dan anak sama-sama selamat. Mungkin tindakan itu dilakukan karena ada keterbatasan tenaga. Jadi, waktu itu, hanya ada dua suster,” lanjutnya. Cholis pun lahir dengan berat badan 2,5kg.

 

 

 

Simak video menarik berikut ini:


Hamil palsu

Tindakan vakum saat persalinan diambil bukan hanya karena bayi sulit keluar, melainkan ari-ari bayi menempel di bagian jahitan caesar di rahim, bekas persalinan anak pertama. Selain itu, efek dari minum obat penghancur dan obat penguat. Pada usia kehamilan 2,5 bulan, Cucu bahkan dinyatakan hamil palsu oleh dokter.

Sekitar Juli 2002, ibu dari tiga anak ini awalnya mengalami flek (keluar bercak darah). Lantas memeriksakan diri ke  dokter praktik di daerah Citayam. Hasil pemeriksaan janin tidak berkembang. Dokter menyarankan kuretase-- operasi untuk mengangkat jaringan pada rahim.

Untuk menjalani kuretase, Cucu dirujuk ke rumah sakit besar di daerah Jakarta Selatan. Walaupun dijadwalkan kuretase pukul 12.00 WIB, ia sudah datang pukul 06.00 WIB. Surat rujukan pun sudah selesai diserahkan ke rumah sakit. Lewat pukul 12.00 WIB tidak ada panggilan.

Setelah berdiskusi dengan tenaga medis, Cucu masuk ruang bersalin. Ia melalui kuretase tapi tidak ada pembukaan pada rahim. Karena tidak ada pembukaan, kuretase ditunda hingga pukul 21.00 WIB. Sebelum dikuretase, ia diminta menahan pipis untuk melakukan pemeriksaan USG.

Hasil USG, keberadaan janin dianggap tidak ada. Bahkan untuk meyakinkan hal tersebut, Cucu harus melakukan  kembali pemeriksaan USG. Tidak tahan pipis, kandung kemih disuntik. Rasa kesakitan luar biasa harus dialaminya.

“Saya disuruh di USG lagi. Para koas yang praktik juga bilang, kalau saya hamil palsu. Bayi tidak kelihatan sama sekali. Tidak tampak di rahim ada isinya. Jadi, saat dikuretase, tidak ada pembukaan di rahim. Ya, hanya pembukaan satu saja. Pakai induksi—merangsang kontraksi rahim--juga tidak mau membuka,” ucap Cucu.


Minum obat untuk mengeluarkan janin

Kendala pada kuretase karena rahim tidak terbuka. Mendekati pukul 22.00 WIB, dokter menyarankan, minum obat untuk mengeluarkan janin selama dua minggu. Menurut dokter, obat itu termasuk obat keras. Cucu diminta menunggu dua hari agar reaksi obat terasa. Ketika terjadi perdarahan, Cucu diminta ke rumah sakit lagi.

“Jangankan nunggu sampai dua hari, satu hari setelah minum obat saja, saya mengalami perdarahan hebat. Selama perdarahan itu, saya kehilangan berat badan 12 kg (dari 55 kg menjadi 43 kg). Tapi karena sangsi dengan perdarahan dan pelayanan di sana, saya akhirnya ke rumah sakit di daerah Bogor, dekat tempat tinggal,” kata Cucu.

Pemilihan lokasi rumah sakit untuk memudahkan jarak agar dekat dengan tempat tinggal. Di rumah sakit itu, Cucu meminta kuretase sesuai anjuran dokter di rumah sakit sebelumnya. Sebelum kuretase, tenaga medis malah melakukan USG dulu. Sonografer (ahli USG) mengatakan, mengapa mau dikuretase.

“Ya, saya bilang, kalau saya disarankan dikuretse dari dokter sebelumnya. Saya dinyatakan hamil palsu dan janin tidak berkembang. Saya juga dikasih obat mengeluarkan janin. Ini karena tidak berhasil dikuretase, tidak ada pembukaan rahim juga,” ujar perempuan berjilbab yang tinggal di Kabupaten Bogor.

Respons sonografer sangat mengejutkan, hasil USG menunjukkan, janin di dalam rahim itu ada dan hidup. Setelah Cucu mengalami perdarahan hebat, keberadaan janin dapat terdeteksi. Naluri seorang ibu menguak, siapa yang ingin bunuh anak sendiri. Padahal, bayi ternyata masih hidup. Cucu mengambil keputusan, ia mempertahankan kandungannya.

“Saya berdoa, kalau anak ini rezeki. Tolong sempurnakan dia. Saya tetap mempertahankan kandungan meski ada rasa was-was. Dokter juga tidak tahu, bagaimana dan apa yang terjadi bila kandungan tetap dipertahankan. Setelah tanya keluarga juga, saya akhirnya mengambil keputusan untuk mempertahankan kandungan,” ucap Cucu.

Cucu pun diberikan obat untuk mempertahankan kandungan. Setelah itu, Cucu menjalani masa kehamilan seperti wanita mengandung pada umumnya. Ia juga mengontrol kandungan tiap satu minggu sekali atau sebulan sekali. Cucu juga mengalami kendala saat persalinan.

Ia tidak diizinkan dokter melakukan pemeriksaan USG sebelum persalinan. Ia sudah menceritakan riwayat kehamilan hingga minum obat mempertahankan kandungan. Ia berpikir, cek USG bisa membantu dirinya untuk berjaga-jaga agar tak terjadi kelainan pada  bayi.

Permintaan cek USG ditolak karena itu tangggung jawab dokter, bukan atas permintaan pasien. Rasa penasaran tetap ada. Cucu dengan kesadaran pribadi cek USG ke klinik lain. Kondisi bayi normal, denyut jantung baik.


Ekstra belajar

Proses persalinan yang penuh perjuangan berhasil sang bayi lahir tanpa cacat meski ada bekas vakum di lingkaran alis sampai ke belakang kepala.

Hal itu mengakibatkan keterlambatan perkembangan. Untuk proses belajar, Cholis, yang kini berusia 14 tahun harus ekstra belajar.

Setelah proses persalinan yang penuh perjuangan, anaknya Cucu Latifah, Nur Cholis Khairullah tumbuh baik. (Foto: Cucu Latifah)

“Dari psikolog yang saya temui, kemampuan anak saya untuk berkembang ya tetap bisa. Tapi perkembangannya tidak seperti lainnya. Perlu eksta belajar dan pola asuh yang baik. Dia (Cholis) itu tipe anak yang suka audio dan visual. Dia anak yang pintar tapi mungkin bukan di bidang akademi,” ujar Cucu.

Cucu bersyukur, Cholis, yang tengah  duduk di kelas IX bisa hidup dan lahir normal.


Rasa simpati

Walaupun ada kekurangan, Cholis punya keunggulan tersendiri. Ia sangat sayang kepada orangtua. Ia juga diam saja ketika diperlakukan buruk oleh teman-temannya. Misal, kalau ada bekas luka. Ia mungkin diganggu sama teman-temannya. Tapi Cholis hanya bilang, ‘Ya, jatuh sendiri.’

“Dia cuma bilang jatuh sendiri. Anaknya tidak pernah mengadu. Diam saja kalau diapa-apain (diganggu teman). Paling hanya tersenyum dan menerima dengan tenang. Diejek saja tidak pernah marah. Ya, itu juga yang disampaikan gurunya di sekolah,” ujar Cucu sambil tersenyum.

Kalau kita tahu penyebab Cholis diganggu temannya, ia akan mengaku. Tapi tetap saja tidak mengatakan nama teman yang mengganggunya.

Artinya, Cholis tidak menjerumuskan teman. Mungkin dia melindungi persahabatan dengan temannya, pikir Cucu.


Mata minus dan alergi

Tiap pertumbuhan Cholis dipantau Cucu. Entah pengaruh vakum saat lahiran atau bawaan, penglihatan Cholis  mulai buram sejak balita. Akhirnya, Cholis dibawa ke dokter mata dan harus pakai kacamata. Dokter menyarankan, pakai kacamata karena ia sudah minus dua.

Namun, kacamata jarang dipakainya. Kadang dipakai, kadang dilepas. Kebanyakan sih tidak mau pakai kacamata, ujar Cucu. Bahkan diajak ke dokter mata untuk dibuat kacamata baru, ia tidak mau.

Cholis juga pernah mengalami alergi kulit. Sejak usia 2 tahun dan mulai bermain dengan teman-temannya di luar rumah, kulitnya langsung merah saat terkena debu dan pasir.

Muncul bintik-bintik merah. Pengobatan alergi kulit ke dokter sudah pernah dilakukan beberapa kali, tapi tidak bisa hilang.

“Akhirnya, saya pakai obat tradisional. Minum darah ular kobra, berendam di air sirih, kulit diolesi kunyit. Itu diobatin selama seminggu lebih, ya hampir 10 hari. Alhamdulillah, alergi kulit Cholis sudah tidak kambuh lagi. Dibantu obat medis juga, tapi hanya satu kali diminum,” ungkap Cucu, yang berprofesi sebagai guru SMP di Kota Depok, Jawa Barat.

Cholis minum obat tradisional ini setahun lalu saat mau naik kelas IX. Pengobatan ini ternyata ampuh. Cholis mau minum. Ini karena  ia punya keinginan kuat untuk sembuh. Ia lihat sendiri saat ular kobra disembelih. Lalu langsung minum satu gelas darah ular kobra beserta empedunya.


Menyukai otomotif

Kelebihan Cholis juga dalam bidang otomotif. Cucu mengamati, anaknya bisa tahu jenis motor, merek dan kapasitas CC (cubical centimeter) motor hanya sekilas melihat saja. Ia tahu dari mendengar dan nonton video.

Dari kecil, Cholis sudah menyukai otomotif.  Ia suka truk sejak kecil dan kini senang menonton soal kendaraan bermotor. Bahkan Cholis berhasil merakit sendiri, mobil-mobilan.

“Kalau kakaknya kan ingin melihat kenapa mobil polisi itu berbunyi. Biasanya mobil polisi akan dihancurkan. Nah, kalau dia (Cholis), mobil polisinya dibuka dulu bautnya lalu dibongkar. Nanti selesai melihat, ia pasang lagi (dirakit). Jadi, mobilnya berbentuk seperti semula lagi,” tutur Cucu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya