Liputan6.com, California - Tak ada yang bisa menebak kapan kiamat tiba. Namun, Daniel Rothman, seorang profesor dari Massachusetts Institute of Technology Amerika Serikat, justru memprediksi jika hari kiamat akan tiba 83 tahun lagi, tepatnya pada 2100.
Ia mengaku menggunakan formula matematis untuk menghitung berapa lama lagi Bumi akan berakhir. Prediksi ilmiahnya juga dipublikasikan di jurnal Science Advances.
Baca Juga
Advertisement
Rothman mengungkap, alasan utama Bumi akan "mati" antara lain karena meningkatnya jumlah karbon dioksida. Pada 2100 nanti, jumlah karbon akan berkisar 310 gigaton dan akan mengendap di lautan.
"Saat itu, karbon dioksida akan larut ke dalam laut. Ini berbahaya dan bisa mengancam umat manusia serta Bumi," kata Rothman sebagaimana dikutip Daily Mail, Jumat (20/10/2017).
Rothman mengaku, emisi karbon dioksida memang sudah terus meningkat sejak abad ke-19. Namun, ia tidak dapat memastikan apakah ancaman tersebut akan benar-benar mengakibatkan kepunahan massal atau tidak.
Bencana Skala Besar
"Ini bukan seperti bencana yang akan terjadi besok, atau lusa, atau tahun depan. Ini adalah bencana skala besar. Siklus karbon dioksida meningkat pada tahap yang tak lagi stabil," ia menerangkan.
Seperti dijelaskan Rothman, umat manusia telah mengeluarkan 1.540 miliar ton karbon dioksida sejak era revolusi industri.
Jika dikaji, jumlah tersebut setara dengan pembakaran batu bara untuk membentuk sebuah menara dengan luas 72 kaki dan bentang sebesar 240.000 mil dari Bumi ke Bulan.
"Bila nanti jumlah karbon dioksida telah melewati batas yang saya hitung, otomatis nanti akan memberikan dampak pada lingkungan yang tak stabil. Kepunahan massal akan terjadi. Manusia, hewan, tumbuhan, dan semua makhluk hidup bisa terancam," pungkasnya.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement