Liputan6.com, Medan - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso mengatakan, bandar-bandar narkoba yang ada saat ini menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama mereka untuk memasok dan mengedarkan narkoba. Hal ini karena bisnis narkoba di Indonesia sangat menggiurkan. Dengan modal sedikit, mereka bisa mendapatkan keuntungan besar.
"Untuk di China, harga sabu itu per kilogram Rp 200 juta. Kalau tiba di Indonesia, harga jualannya bisa sampai Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar," kata Budi Waseso saat melakukan pemusnahan barang bukti narkoba di Lapangan Merdeka, Medan, Sumatera Utara, Kamis 19 Oktober 2017.
Advertisement
Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, menjelaskan Sumut dan Aceh, termasuk Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, merupakan pintu masuknya narkoba dari luar. Sebab, letak wilayahnya sangat dekat dengan negara tetangga.
Menurut Buwas, pihaknya mencatat, saat ini ada 72 jaringan pengedar narkotika internasional dari 11 negara yang menjadi penyuplai narkoba ke Indonesia. Jumlah tersebut tidak terlepas dari status Indonesia yang dijadikan para penyuplai sebagai pangsa pasar yang besar dan menjadi laboratorium untuk melepas produk-produk baru.
"Semua jenis narkotika laku di sini (Indonesia). Dari 72 jaringan internasional pengedar narkotika di Indonesia itu, mereka menyisihkan 10 persen dari keuntungan perdagangan untuk operasi regenerasi pangsa pasar," ungkapnya.Buwas menyebut, jumlah bandar narkoba yang telah ditembak mati petugas BNN di Indonesia masih sangat sedikit. Padahal, menurutnya, bandar narkoba adalah pelaku pembunuh massal yang memiliki jumlah korban jutaan manusia.
"Kurang banyak. Korbannya ribuan, dan baru puluhan bandar yang mati. Banyak masyarakat meninggal akibat mereka (bandar narkoba)," sebutnya.
Untuk memberikan efek jera dan menekan angka peredaran narkoba di Indonesia, pemerintah diharapkan segera merealisasikan penjara khusus pelaku narkoba dengan pengawalan dan pengawasan menggunakan buaya.
"Penjara buaya bisa dibuat di Sumut. Saya harap Pemerintah segera realisasikan," ucapnya.
Dalam pemusnahan barang bukti narkoba di Lapangan Merdeka, ada sebanyak 191 kilogram sabu dimusnahkan beserta ganja seberat 520 kilogram, dan 43.450 butir ekstasi. Barang haram ini merupakan barang bukti hasil tangkapan di wilayah Sumut dan Aceh.
"Ini hasil tangkapan dari operasi gabungan kita. Untuk sabu, produksi dari Cina," Buwas menerangkan.
Buwas juga menjelaskan, saat ini produksi ganja terbesar dari Aceh dan telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk Papua, Sumut, Sulawesi, Jakarta, dan Bogor. Sementara sebanyak 43.450 butir pil ekstasi yang dimusnahkan BNN merupakan produksi dari Belanda.
"Ganja itu dari Aceh, kalau ekstasi ini produk dari Amsterdam, Belanda. Seperti yang kita temukan persis dari 1,2 juta butir pil ekstasi yang lalu. Dengan tertangkapnya barang haram ini, kita sudah menyelamatkan 43 ribu lebih generasi,” ungkapnya.
Buwas juga mengungkapkan, penyalahgunaan narkoba semakin luas sehingga diperlukan peran dari Pemerintah Daerah dalam memberantasnya. Terutama peredaran narkotika di tempat hiburan malam.
"Kalau tidak ditindak tegas, maka ini akan berkembang bebas. Penyalahgunaan semakin besar, dan kita semua harus peduli terhadap permasalahan narkotika, karena ini menyangkut ancaman generasi bangsa," Buwas menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini: