Liputan6.com, Garut - Di tengah peluh yang membasahi tubuhnya, tampak keceriaan raut wajah sebanyak 128 petani di Kampung Panyingkiran, Desa Sukawargi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat terpancar, setelah hasil panen kentangnya sukses besar tahun ini.
"Kita sebagai petani sangat senang sekali untuk panen kali ini," ujar Zam-zam Nurzaman, salah satu petani kentang Kampung Panyingkiran, sambil sesekali menyeka keringat yang bercucuran di tubuhnya, saat ditemui, Jumat pagi (20/10/2017).
Perjuangan mereka memang cukup berliku. Selain usaha mendapatkan bantuan permodalan dengan bunga lunak, juga persoalan memisahkan diri dari tengkulak yang selama ini menjeratnya.
Baca Juga
Advertisement
"Masalah utama kita (petani kentang) adalah sumber pembiayaan untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan ongkos tenaga kerja yang cukup memberatkan," kata dia.
Namun, ketekunan mereka akhirnya terbayar lunas. Pemberitan modal lunak Pertamina bagi mereka mulai memetik hasilnya, saat melaksanakan panen raya di lahan seluas 76 hektar yang mereka garap. "Alhamdulillah hasil kerja keras kami mulai terbayarkan dengan sukses pertama panen raya ini," kata dia.
Sebanyak 1.000 ton hasil panen pun siap memasuki pasar potensial dalam negeri mulai pasar tradisional, pasar modern swalayan, hingga pabrik olahan. "Kita sedang penjajakan untuk ekspor," kata dia.
Kini setelah persoalan modal serta rendahnya harga jual petani teratasi, begitu pun cuaca dingin yang terkenal cukup menusuk kulit di kaki gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat itu teratasi, petani berharap agar bantuan modal lunak itu tetap berlangsung hingga mereka mandiri.
"Harapan kita bantuan modal lunak ini bisa berlanjut sampai kita mandiri," Zam-zam menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Program Bantuan Modal Lunak
Kesuksesan yang diraih para petani di kampung Panyingkiran, Desa Sukawargi, Kecamatan Cisurupan itu bukan tanpa sebab. Sejak Mei lalu, mereka mendapatkan modal hasil bantuan modal Corporate Social Responsibility & SMEPP (Small Medium Enterprise Partnership Program) Pertamina Area Jawa Bagian Barat.
VP CSR & SMEPP Pertamina Agus Mashud mengatakan, terhitung sejak 30 Mei 2017, perusahaan pelat merah itu telah menyalurkan bantuan modal usaha melalui program kemitraan hingga Rp 7,4 miliar kepada kelompok Petani Kentang di Garut. Total panen raya yang dihasilkan mencapai 1.000 ton.
"Kami bersyukur hasil panennya sangat menggembirakan. Dana kemitraan telah disalurkan kepada petani melalui koperasi yang mengawasi penyaluran dana, mendampingi petani sekaligus menampung hasil panen kentang," kata dia.
Untuk meraih sukses besar itu, para petani binaan koperasi Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) "Mustika Hutan" Garut ini, diberikan pinjaman dengan metode Bayar Panen (Yarnen) selama 6 bulan dan bergulir selama jangka waktu 3 tahun. "Perlu program yang berkelanjutan," kata dia.
Dengan melimpahnya panen raya kentang seperti itu, kata dia, diharapkan menjadi tolok ukur keberhasilan program kemitraan yang digulirkan Pertamina dalam mendorong peningkatan ekonomi masyarakat khususnya petani.
"Selama ini mereka selalu dibayangi dengan jeratan rentenir, dan tengkulak karena kesulitan mengakses pinjaman modal lunak," ujar Agus.
Agus menambahkan, untuk meraih kesuksesan itu, lembaganya menggandeng koperasi Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) "Mustika Hutan" sebagai mitra perusahaan dalam menyalurkan bantuan modal dengan bunga lunak tersebut.
Koperasi ini awalnya menaungi perambah hutan. Namun, kemudian berkembang menaungi beberapa petani tanaman gunung yang ada di Garut, sekaligus sebagai mitra dalam menampung hasil panen para petani, dan membelinya dengan harga yang layak. "Sekarang mereka mulai menerima hasilnya," kata dia.
Selain dataran tinggi Dieng dan Wonosobo di Jawa Tengah, yang telah lama dikenal sebagai penghasil kentang kelas wahid Indonesia, kabupaten Garut yang berada di deretan kaki Gunung Cikuray, Gunung Papandayan dan Gunung Guntur ini, memang menyimpan potensi lahan pertanian yang subur nan melimpah.
Advertisement