Liputan6.com, Jakarta - Di hadapan ribuan tamu undangan, penggagas Conference of Indonesian Foreign Policy (CIFP 2017), Dino Patti Djalal, mengucapkan selamat hari jadi ASEAN yang ke-50 tahun.
Ucapan tersebut bukan tanpa alasan. Sebab bagi Dino, 50 tahun bukan hanya sekadar angka belaka. Ada cerita panjang yang harus dilalui oleh negara-negara di Kawasan Asia Tenggara, sehingga dapat menjadi satu kesatuan yang kuat.
Advertisement
Dalam sambutannya pada CIFP 2017 yang diselenggarakan di The Kasablanka Jakarta, Sabtu (21/10/2017) pagi, Dino menyebut ASEAN terbentuk dari perjuangan.
"Banyak negara di kawasan ASEAN yang harus survive dalam peperangan. Sejarah mencatat, setidaknya ada empat juta warga di ASEAN yang tewas dalam peperangan yang terjadi antara tahun 1960 hingga 1970. Semua itu terjadi karena pertikaian. Maka dari itu saya menyebut setiap negara di ASEAN terbentuk dari perjuangan," ujar Dino.
Di tengah-tengah sambutan, Dino sempat berkelakar dengan menggambarkan rupa ASEAN zaman dahulu dan masa kini.
Awalnya ia menunjukkan sebuah foto seorang pria yang babak belur. Hal itu menggambarkan kondisi ASEAN di masa lampau.
Setelah itu, barulah Dino menunjukkan foto seorang pria ASEAN zaman sekarang. Orang tersebut adalah ia sendiri yang tengah mengenakan setelan anak muda dengan kacamata hitam sebagai aksesoris tambahan.
Mendadak sontak candaan itu membuat seisi ruangan di The Kasablanka penuh tawa.
"Terlepas dari gambaran ASEAN di zaman dahulu dengan sekarang, ada tiga kunci utama yang membuat ASEAN kini jadi kumpulan negara yang kuat," ujar Dino.
"Pertama adalah 'equality'. Tak ada negara yang terlihat begitu dominan. Hal terus dilakukan adalah membangun kerja sama yang baik. Kedua, 'pragmatism'. Negara di ASEAN menjadi contoh yang baik karena cara mereka hidup dalam demokrasi."
"Ketiga, 'trust'. Harus ada kepercayaan di antara negara-negara di dunia. Dan yang terakhir adalah 'leadership'. ASEAN bukan sekedar perkumpulan biasa. Komunitas ini dibuat oleh tokoh besar dari negara masing-masing," jelas Dino.
Pada kesempatan tersebut, Dino pun memaparkan keyakinannya akan posisi ASEAN pada 50 tahun mendatang (itu berarti usia 100 tahun).
"Saya optimis bahwa ASEAN akan menjadi lebih percaya diri. Memainkan peran penting dari berbagai sektor di dunia internasional," kata Dino.
Di luar hal tersebut, ia tak tutup mata. Ada banyak masyarakat Indonesia yang bahkan tak mengetahui apa itu ASEAN Economic Community. Ia bahkan menyebut hanya ada satu persen warga RI yang tahu betul akan visi itu.
Namun, ia tetap menaruh harapan karena banyak anak muda di ASEAN terutama Indonesia. Sebab, anak muda kini dapat bersaing lebih di dunia internasional.
Kumandang Lagu 'Indonesia Raya' Buka CIFP 2017
Sebelumnya, CIFP 2017 yang diselenggarakan dalam rangka hari jadi ASEAN ke-50 tahun dibuka dengan kumandang Lagu Kebangsaan RI, "Indonesia Raya".
Selain itu, lagu "ASEAN Way" turut dinyanyikan, sebagai pertanda semangat masyarakat di Kawasan Asia Tenggara yang kini tengah tumbuh menjadi wilayah dengan perekonomian kuat.
Konferensi edisi ketiga bertemakan "Win-Winning ASEAN, Conquering Globalization" tersebut diselenggarakan di The Kasablanka Jakarta, sejak Sabtu pagi.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, sejak pukul 07.00 WIB para tamu undangan dan peserta konferensi telah memadati tempat berlangsungnya acara.
Sejumlah perwakilan mulai dari pemerintah, diplomat hingga mahasiswa dari beragam universitas di Indonesia juga turut serta dalam acara tersebut.
Tema yang diusung pada penyelenggaraan CIFP 2017 ini dianggap selaras dengan peringatan setengah abad berdirinya ASEAN, serta globalisasi di masa kini yang semakin berkembang setiap hari.
Menurut pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, konferensi tersebut adalah forum politik luar negeri terbesar di dunia.
"CIFP disebut sebagai konferensi politik luar negeri terbesar di dunia secara umum. Konferensi ini menunjukkan semangat internasionalisme di Indonesia yang sangat tinggi," jelas pendiri FPCI melalui sebuah pernyataan tertulisnya.
Advertisement