Liputan6.com, Jakarta Pulau Tiga Barat, Natuna Kepulauan Riau akan menikmati pasokan listrik dari PT PLN (Persero). Warga pulau terdepan tersebut menyambut semringah karena kini mereka bisa menikmati listrik lebih lama.
Denis (12) jeli memperhatikan para pekerja yang sedang sibuk memasang jaringan listrik di depan rumahnya. Di wajahnya telihat ada harapan baru dari infrastruktur listrik yang sedang dibangun di kampungnya, Tanjung Kumbik.
Advertisement
Siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD) Tanjung Kumbik tersebut, mengaku senang dengan kehadirian listrik PLN di kampung yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan ini. Pasalnya, dengan adanya pasokan listrik dari PLN dia bisa menonton televisi lebih lama.
Untuk diketahui, televisi menjadi hiburan paling maju untuk warga pulau ini. Pasalnya, di pulau seluas 67,87 kilo meter persegi (km2) ini tidak terdapat fasilitas mewah seperti di kota besar."Senang, bisa nonton tv," jawab Denis malu-malu.
Hal yang sama juga dirasakan Mardi (14), siswa kelas VII Madrasah tsanawiayah Tanjung Kumbik ini mengaku bisa belajar saat subuh jika listrik PLN sudah mengalir. Saat ini pasokan listrik di rumahnya hanya 7 jam dari Pukul 17.00 sampai 00.00, karena pasokan listrik terbatas dia belajar menggunakan lampu teplok saat menjelang matahari terbit.
"Belajarnya jadi bisa terang, biasanya subuh belajar tapi pakai lampu teplok," tutur Denis.
Mendengar kabar masuknya listrik PLN, warga Pulau Tiga Barat Afrizal (55) mengaku bersyukur, kini pasokan listrik dari PLN bisa mengalir selama 24 jam, sehingga bisa menjalankan usaha.
"Kita berharap kalau bisa 24 jam, sekarang 7 jam itu swadaya. Alhamdulillah kalau tidak bisa 24 jam, 14 jam juga cukup," tutur Afrizal.
Warga Pulau Tiga Barat sebenarnya sudah menikmati listrik, berasal dari PLTD yang dikelola sendiri dengan kapasitas 100 kW.
PLTD tersebut sebelumnya adalah milik Perusahaan Daerah Kabupaten Natuna. Namun dalam 2 tahun terakhir PLTD yang terletak di Desa Tanjung Kumbik Utara Kecamatan Pulau Tiga Barat ini dikelola oleh warga, karena perusahaan daerah tersebut sudah tidak sanggup mengoperasikannya lagi.
PLTD yang melayani 276 keluarga tersebut hanya beroperasi selama 7 jam, sejak pukul 17.00 sampai 00.00. Untuk mengoperasikan PLTD dalam durasi tersebut, dibutuhkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar sebanyak 280 liter.
Penduduk yang memanfaatkan listrik dari PLTD tersebut dikenakan iuran. Setiap malam ada petugas yang kordinir untuk memunguti iuran sebesar Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu per pelanggan. Besaran pungutan diukur dari penggunaan perangkat elektronik.
Pungutan iuran tersebut akan digunakan untuk pembelian solar, pemeliharaan pembangkit dan komisi petugas yang mengoperatori PLTD.