Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian dan Japan International Cooperation Agency (JICA) melakukan kerja sama dalam pengembangan industri potensial pada jangka menengah dan panjang. Sektor industri yang menjadi fokus pengembangan antara lain, alat transportasi, elektronika, serta makanan dan minuman.
Langkah sinergi ini diwujudkan melalui kegiatan penelitian terhadap sejumlah manufaktur Indonesia, yang dilakukan oleh Nomura Research Institute dengan judul Promotion for Globally Competitive Study untuk periode April 2017-Maret 2018.
Advertisement
"Kami ingin mendapatan masukan terkait kolaborasi teknis di ketiga sektor industri tersebut supaya bisa naik level," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (22/10/2017).
Airlangga menjelaskan, dalam survei yang sedang berjalan ini, pihaknya ingin mengetahui tentang alur rantai pasok industri di dalam negeri saat ini sehingga akan fokus menentukan kebijakan pengembangan untuk sektor pendukungnya. Misalnya di industri otomotif, yang membutuhkan masukan terkait riset dan teknologi terbaru.
“Kami juga akan melakukan survei ke beberapa sentra industri kecil dan menengah (IKM) komponen otomotif seperti di Tegal dan Ceper, Jawa Tengah untuk melihat jalannya supply chain di sana. Apalagi, JICA telah mendorong IKM Jepang agar berinvestasi di Indonesia supaya bisa bermitra dengan pelaku usaha lokal," jelas dia.
Sementara itu, di industri makanan dan minuman, Kemenperin ingin mengembangkan daya saing sektor ini di antaranya melalui pembangunan pusat inovasi, peningkatan aspek keamanan pangan, hingga pengemasan produk.
“Kami akan mendukung proses pascapanen, packaging, dan membuat standar untuk ekspor. Kami rasa hal ini dapat memperluas pasar, termasuk membangun innovation center,” tutur dia.
Airlangga juga mengungkapkan, komoditas lokal yang tengah diminati Jepang antara lain kakao, kopi, dan udang. Untuk meningkakan nilai tambahnya, Indonesia telah ikut serta dalam Protokol Madrid, yang diharapkan bisa mempermudah dalam mendaftarkan merek secara internasional di banyak negara.
“Selain itu, sudah ada identifikasi geografis yang bisa untuk promosi produk, seperti Kopi Toraja dan Kopi Gayo. Added value ini yang terus dipromosikan oleh Kemenperin,” kata dia.
Sedangkan, di industri elektronika, Kemenperin tengah mendorong agar sektor ini dapat mendukung industri alat transportasi di masa depan, khususnya untuk kereta api, pesawat terbang, dan mobil listrik.
“Untuk industri elektronika, kami akan memacu perluasan pasarnya dan bisa men-support ke sektor strategis lainnya,” ucap Airlangga.
Tiga Proyek
Tiga proyek
Selain kerja sama dalam kegiatan penelitian tersebut, sebelumnya Kemenperin dan JICA telah berkolaborasi dalam tiga proyek utama. Pertama, kerja sama peningkatan kapasitas produk LED. Kerja sama ini rencananya berlangsung selama tiga tahun dalam bentuk pembangunan kapasitas dan bantuan peralatan uji.
Adapun tujuannya, mengkaji kesesuaian SNI lampu LED dengan pasar di Indonesia, meningkatkan kerja sama antara industri dalam negeri dan industri Jepang, dan memperketat pengawasan peredaran LED nonSNI.
Kedua, proyek penguatan kemampuan industri pengerjaan logam pendukung alat konstruksi di Indonesia. Kegiatannya, antara lain membuat prototipe komponen alat berat yang masih diimpor, serta pembinaan industri melalui supervisi dan pelatihan.
Sedangkan, proyek ketiga, peningkatan kapasitas pengolahan makanan berbasis singkong. Proyek ini dilaksanakan di Timor Leste.
Senior Vice President of JICA Shinya Ejima menuturkan, sektor industri manufaktur di Indonesia harus terus ditingkatkan ke level yang lebih tinggi lagi melalui kecanggihan dalam teknologi maupun riset sehingga punya daya saing yang lebih baik di pasar global.
"Melalui survei ini, kami berdialog dengan pelaku industri terkait dan hasilnya akan difinalisasi pada tahun depan," kata Ejima.
Advertisement