23-10-2002: Tragedi Penyanderaan 700 Pengunjung Teater di Moskow

Beberapa pelaku melepaskan peluru ke udara. Mereka kemudian meminta penonton untuk menuruti perintah untuk dijadikan sandera.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 23 Okt 2017, 06:00 WIB
Krisis Sandera Teater Moskow 2002. (Sumber AFP)

Liputan6.com, Moskow - Hari ini, 15 tahun lalu atau 23 Oktober 2002, teater di Moskow, Rusia diserang kelompok pemberontak dari Chechnya. Sekitar 700 orang disandera pemberontak yang berjumlah 50 orang. Akibatnya sekitar 120 orang tewas, termasuk pelaku dan korban sandera.

Seperti dimuat History.com, para pelaku beraksi ketika para penonton sedang menikmati pementasan drama musikal dari grup "Nord Ost", penampil kedua dalam rangkaian festival di teater "Moscow Ball-Bearing Plant's Palace of Culture" tersebut.

Tiba-tiba, sekitar 50 orang tak dikenal merangsek masuk ke dalam teater. Sambil memegangi senjata api, para pelaku termasuk seorang wanita dengan rompi berbahan peledak, mengancam para penonton.

Beberapa pelaku melepaskan peluru ke udara. Mereka kemudian meminta penonton untuk menuruti perintah mereka untuk berkumpul di satu tempat sebagai sandera.

Para pelaku yang sebagian besar merupakan tentara Chechnya ini menyatakan 1 permintaan ke Pemerintah Rusia, yakni agar Rusia menarik tentaranya dari Chechnya, terutama di wilayah Pegunungan Kaukasus yang tengah yang dilanda perang.

Chechnya sebagai negara dengan mayoritas muslim selama ini berjuang untuk menjadi negara merdeka. Sebelumnya Chechnya telah berperang dengan tentara Rusia selama 2 tahun, berakhir pada tahun 1996. Namun kemudian mulai tahun 2000, sejak Vladimir Putin menjabat presiden, Rusia kembali menduduki Chechnya.

Presiden Vladimir Putin bersikeras tidak akan melakukan negosiasi dengan pihak Chechnya, yang menurut dia, merupakan kawanan teroris.

Penyanderaan terus berlanjut hingga 2 hari lebih. Sekitar 57 jam berlalu, aparat Rusia pada akhirnya berhasil melakukan penggerebekan ke dalam teater setelah sebelumnya melakukan sejumlah langkah agresif, termasuk menembakkan gas di dalam gedung, yang membuat para pelaku dan sandera pingsan, tak sadarkan diri untuk beberapa menit.

Sekitar 120 orang tewas, dari pihak pelaku dan korban sandera, saat proses penggerebekan terjadi. Hal ini menjadi perhatian serius pemerintah untuk melakukan tindakan pencegahan.

Presiden Putin saat itu memutuskan untuk melakukan agresi ke Chechnya. Hal ini membuat pemberontak makin geram dan kembali melakukan aksi teroris. Pada Februari 2004, kelompok Chechnya melancarkan aksi bom bunuh diri di kereta bawah tanah, mengakibatkan 39 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.

Peristiwa lain yang terjadi pada tanggal 23 Oktober, terjadi pada tahun 1983. Barak Militer AS di Beirut dibom. Akibatnya 241 tentara tewas seketika. Kejadian ini bermula ketika 2 buah truk sengaja ditabrakkan ke markas militer AS di Beirut. Kedua truk itu diketahui membawa 1,4 ton bahan peledak.

Kemudian 23 Oktober 2011, pembalap Moto Gp asal Italia Marco Simoncelli tewas saat balapan Grand Prix Malaysia. Simoncelli terlibat kecelakaan bersama Colin Edwards dan Valentino Rossi saat berada di posisi keempat pada putaran kedua. Simoncelli terjatuh ketika sedang berbelok di tikungan ke-11 Sirkuit Sepang dan tertabrak oleh motor Edwards.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya