Liputan6.com, Jakarta Masyarakat butuh sosok yang bisa diteladani, agar mereka bisa percaya bahwa Pancasila bisa dilaksanakan. Bukan semata sila-sila yang baik, tapi sulit pengamalannya.
Terlebih lagi, selama ini masyarakat seolah hanya dianjurkan mengamalkan Pancasila, tanpa pernah melihat contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Agar generasi muda bisa bangga dan mencintai bangsanya, mereka dituntut mempelajari ke-Indonesiaan secara utuh. Hal ini penting agar mereka bisa mengenal Indonesia secara lebih dekat. Sebab, tidak mungkin ada rasa cinta dan bangga, kalau mereka tidak mengenalnya.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, sebagai salah satu kesimpulan dialog MPR Rumah Kebangsaan. Acara tersebut berlangsung di ruang Presentasi Perpustakaan MPR RI, Kamis (19/10/2017) dan disiarkan oleh salah satu radio swasta Nasional.
Bersama anggota FPKS MPR, Matri Agoeng, Hidayat membahas tema Ideologi Pancasila dan Kedaulatan Rakyat.
Seperti halnya mencintai media sosial, kata Hidayat, generasi Milenial hanya akan mencintai Indonesia setelah mereka mengenal Indonesia secara baik. Karena tanpa mengenal Indonesia, mereka tak akan pernah mencintai dan bangga terhadap Tanah Airnya sendiri.
"Tak kenal maka tak sayang. Itulah yang saat sekarang dirasakan generasi muda. Coba kalau mereka bisa mengenal dengan baik, seperti mereka media sosial dan sejenisnya, niscaya mereka pun akan mencintai dan berani berkorban demi Indonesia", ujarnya.
Untuk itulah, kata Hidayat, MPR tak pernah lelah untuk mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI, termasuk menggunakan metode-metode yang bisa menjangkau genersai muda. Bukan semata metode doktrinasi atau ceramah-ceramah, yang terkadang terasa membosankan.
Pernyataan serupa juga disampaikan Martri Agoeng. Menurutnya, dibutuhkan cara-cara yang lebih lunak agar sosialisasi bisa diterima dan sampai di kalangan Generasi muda. Sebab, keberadaan generasi muda memang harus disikapi dengan baik, dengan cara-cara yang disukai mereka.
Pemahaman tentang negara dan Pancasila, menurutnya bisa menjadi sumber tindakan radikalisme kalau cara pemahamannya tidak benar. Karena itu, generasi muda harus memahani dan mengerti tentang Indonesia dari sumber yang benar.
(*)