Menjaga Tradisi Produksi Kemplang Palembang Secara Tradisional

Proses pembuatan kerupuk khas Palembang secara tradisional masih terus dilakukan para pengusaha cemilan khas daerah ini.

oleh Nefri Inge diperbarui 24 Okt 2017, 22:00 WIB
Bahan kerupuk Palembang yang sudah dibentuk akan dikukus selama 10 menit (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mempunyai beberapa kuliner khas yang cukup menggugah selera, salah satunya yaitu pempek ikan. Namun, ada salah satu cemilan khas yang prosesnya masih dilakukan secara tradisional, yaitu kemplang Palembang.

Di Sumsel, kerupuk Palembang sering disebut kemplang. Bahan dasar kemplang ini sama dengan bahan pempek, yaitu tepung sagu dan daging ikan.

Proses pembuatan kerupuk Palembang sendiri cukup unik dan masih tradisional. Agus (36), salah satu pengusaha kerupuk tradisional Palembang masih menggunakan sistem manual dalam proses pencampuran, pemotongan hingga proses memasak.

Setiap hari, Agus bisa memproduksi dua karung kemplang Palembang dengan menghabiskan 10 kilogram tepung terigu dan 3 kilogram ikan sarden. Garasi rumahnya bahkan diubahnya menjadi tempat produksi kemplang.

Proses awal dilakukan Agus pada malam hari. Saat proses pengadonan dan pemotongan, Agus hanya menggunakan toples bekas untuk membentuk pola bulat pada adonan.

Puluhan adonan bulat kemplang Palembang lalu dikukus menggunakan kuali yang ditutup dengan dandang buatan.

"Proses pengukusannya cukup 10 menit saja. Lalu didinginkan didalam rumah. Proses pembuatan awal dari pukul 19.00 WIB hingga 02.00 WIB," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin, 23 Oktober 2017.

Keesokan harinya, bahan kemplang yang sudah dingin lalu dijemur di terik matahari. Proses ini sangat tergantung pada cuaca.

Jika cuaca mendung, proses penjemuran bisa sampai 2-3 hari. Namun jika matahari terik, penjemuran hanya memakan waktu satu hari saja.

Kerupuk Palembang yang sudah kering, lalu dibakar satu persatu diatas bara api. Proses inilah yang memakan waktu cukup lama.

“Kerupuk Palembang ini juga disebut kemplang panggang. Yang beli juga masih skala kecil, hanya di warung saja. Satu kantong plastik besar berisi 25 kerupuk saya jual Rp 15.000,” ungkapnya.

Menurut bapak dua anak ini, proses pembuatan kerupuk Palembang ini memang masih dalam skala rumahan. Permintaan kudapan ini juga tidak pernah berhenti, karena sudah menjadi cemilan sehari-hari warga kota Palembang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya