Liputan6.com, Barcelona - Sergi Santos, seorang insinyur dan ahli elektronik asal Spanyol mengklaim robot seks ciptaannya di masa depan dapat memiliki anak dan mampu berjalan.
Penyataan mengejutkan itu ia sampaikan sebagai upaya inovasi bagi pecinta robot seks.
Dikutip dari laman Independent.co.uk, Rabu (25/10/2017), dalam pernyaataanya, Santos menyebut memiliki keturunan dari robot adalah hal yang sederhana.
"Saya dapat menciptakan robot yang mampu memiliki anak. Hal itu tidaklah sulit dan saya sendiri senang apabila bisa memilikinya juga," ujar Santos.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan otak buatan yang telah tercipta, saya akan memprogramkan sistem genom sehingga robot tersebut memiliki nilai moral ditambah konsep keindahan pada tubuhnya. Sama seperti yang dimiliki oleh manusia," tambah Santos.
Selain itu, robot ini disinyalir dapat menciptakan anak lewat konsep yang diklaim Santos sebagai cara yang sederhana pula.
"Untuk menciptakan anak dari boneka seks juga sederhana. Saya akan menggunakan algoritma tentang kepribadian saya yang kemudian akan digabungkan dengan kepribadian robot. Selanjutnya tinggal dicetak dalam bentuk tiga dimensi," jelas Santos.
"Nantinya, anak robot itu adalah anak saya dan boneka seks yang saya punya," tegasnya.
Santos sendiri memiliki seorang istri. Ia sudah menjalani hubungan rumah tangga selama 16 tahun.
Sang istri yang diketahui bernama Maritsa Kissamitaky tak ambil pusing dengan hubungan suaminya dengan boneka seks.
Bahkan, ia siap sedia untuk membantu Santos dalam pengembangan prototip robot.
Kisah Nyata Pria Tinggal Seatap dengan Boneka Seks dan Istri
Kisah seorang pria yang hidup dan tinggal bersama robot seks ternyata bukan isapan jempol belaka.
Ketika getar-getar cinta meredup dalam pernikahan Masayuki Ozaki, ia kemudian menemukan pelampiasan kekosongan cinta itu kepada suatu boneka seks berbahan silikon. Ia bahkan yakin sekali bahwa benda itu adalah cinta sejati dalam kehidupannya.
Boneka berukuran seperti manusia itu dinamainya Mayu. Ia bahkan tinggal satu atap dengan benda itu, istri, dan putri remajanya di Tokyo.
Hal itu sempat memicu kemarahan, sebelum akhirnya tercapai kesepakatan dengan sang istri.
"Setelah istri saya melahirkan, kami berhenti melakukan seks dan saya terjerumus dalam rasa kesepian yang mendalam," kata ahli fisioterapi berusia 45 tahun itu seperti dikutip dari News.com.au.
"Tapi saat saya melihat Mayu di ruang pamer, terjadilah cinta pada pandangan pertama."
Ia menambahkan, "Istri saya berang ketika pertama kali saya membawa Mayu pulang. Belakangan ini, dia sudah lebih menerima walau masih setengah hati."
"Ketika putri saya menyadari bahwa itu bukan sekadar boneka Barbie berukuran raksasa, ia terperanjat dan merasa hal itu menjijikkan, tapi ia sudah cukup usia untuk berbagi pakaian milik Mayu."
Ozaki kerap membawa kencan bonekanya yang didudukkan di kursi roda dan dipasangkan wig serta diberi pakaian seksi dan perhiasan.
Pria itu menjadi salah satu dari semakin banyaknya pria Jepang yang berpaling kepada kecintaan kepada boneka. Ia juga mengaku telah kehilangan minat pada hubungan manusia di negerinya.
Sambil berjalan-jalan di tepi pantai dengan kekasih silikonnya itu, ia mengatakan, "Kaum wanita Jepang memiliki hati yang dingin."
"Mereka amat memikirkan diri sendiri. Kaum pria, ketika pulang kerja, mendambakan seseorang yang mendengarkan mereka tanpa menggerutu."
"Apa pun masalah yang saya miliki, Mayu selalu ada di sana menunggu saya. Saya mencintai dia seluruhnya dan ingin bersamanya selamanya."
"Tidak terbayang saya harus kembali lagi berhubungan dengan manusia. Saya ingin dimakamkan bersamanya dan membawanya ke surga."
Menurut kalangan industri, ada sekitar 2.000 boneka yang tampak seperti hidup itu terjual di Jepang setiap tahunnya. Harga jualnya mulai dari 6 ribu dolar Australia.
Jari-jari pada boneka itu dapat disesuaikan, pun demikian dengan kepala serta kelamin yang bisa dilepas.
Hideo Tsuchiya, managing director di Orient Industry yang membuat boneka sejenis itu, mengatakan, "Teknologi sudah sedemikian maju dibandingkan boneka tiup pada 1970-an."
"Mereka terlihat benar-benar seperti sungguhan dan terasa seperti menyentuh kulit manusia. Kaum pria membelinya karena merasa bisa berkomunikasi dengan boneka-boneka."
Negeri Sakura itu sedang bergulat menghadapi anjloknya angka kelahiran dan semakin banyak pria yang dijuluki "herbivora" menjauhi cinta dan nilai maskulin tradisional untuk kemudian merangkul kehidupan yang tenang dan tidak kompetitif.
Yoshitaka Hyodo, seorang anggota militer yang tinggal sendirian tapi memiliki pacar yang pengertian, memiliki lebih dari 10 boneka seukuran manusia yang dipasangkan seragam tempur demi memenuhi fantasi-fantasi suasana peperangan.
Namun, pria berusia 43 tahun yang juga seorang blogger itu mengaku telah mengurangi kebiasaannya. Katanya, "Bagi saya sekarang ini lebih kepada hubungan singkat emosional."
Hyodo mengaku terusik rasa penasarannya ketika menemukan menekin terbakar di jalan ketika masih remaja. "Orang boleh saja mengira saya aneh, tapi tidak ada bedanya dengan koleksi mobil-mobil sport. Saya tidak tahu sudah membelanjakan berapa banyak, tapi jelas lebih murah daripada sebuah Lamborghini," katanya.
Dari segi biaya, para pengguna boneka seks di masa depan lebih dimanjakan lagi. Para peneliti sedang melakukan pengembangan boneka seks generasi mendatang yang bisa bicara, tertawa, atau melakukan simulasi orgasme.
Tapi, sekarang ini, istri Ozaki yang bernama Riho harus berusaha keras mengabaikan si penggoda duduk tenang menghadapnya dari dalam kamar tidur sang suami.
Sambil terisak ia mengatakan, "Saya harus lanjut melakukan tugas rumah. Saya memasak makan malam, bersih-bersih, dan mencuci. Saya lebih memilih tidur daripada seks."
Advertisement