Liputan6.com, Ponorogo - Tangan kreatif Isyanto mengolah wayang mampu mendulang rupiah. Warga Jalan Rumpuk, Desa Ronowijayan, Kecamatan Babadan, Ponorogo itu melapisi wayangnya dengan emas dan berhasil menarik hati kolektor.
"Setiap hari saya selalu mengerjakan wayang, bahkan pembeli harus rela antri hingga 3-4 bulan," tuturnya kepada Liputan6.com, Rabu, 25 Oktober 2017.
Karakter tokoh wayang karyanya dijual mulai harga Rp 5 jutaan hingga puluhan juta, tergantung tingkat kerumitannya. Pasalnya, wayang karya Isyanto memperhatikan kualitas dan detail, mulai dari pemilihan kulit, desain karakter, postur, warna, dan lapisan emasnya.
"Tidak bisa sembarangan, misalnya bagian mata lebih lebar satu milimeter saja sudah tidak proporsional dan harus diganti," ucapnya.
Isyanto menekuni usaha wayang itu sejak 1983. Pelanggannya dari seluruh Indonesia hingga luar negeri seperti Jerman, Belanda, dan Jepang. Bahkan, bapak lima anak itu juga pernah pameran dan menjadi pembicara di acara luar negeri, mulai dari Prancis, Belanda, Amerika Serikat, dan Australia.
Baca Juga
Advertisement
"Sebelum pameran, biasanya saya juga melihat potensi pembeli. Kalau malnya besar dan di pusat kota, saya mau ikut," katanya.
Namun, ada satu hal yang mengganjal di pikiran Isyanto. Pasalnya, tidak adanya generasi penerus pengrajin wayang di Ponorogo. Hal ini bukannya tanpa alasan, menjadi pengrajin wayang butuh puluhan tahun supaya diakui oleh orang lain.
"Saya dulu saja enam tahun belajar membuat wayang tidak diakui," ujarnya.
Ia mengatakan wayang bisa menjadi investasi yang bagus di masa depan, terutama saat pengrajin wayang makin menyusut. "Wayang karya saya kalau di atas Rp30 juta dapat sertifikat dan bergaransi 50 tahun," katanya.
Saat ini, Isyanto hanya satu-satunya pengrajin wayang khas Solo-Klaten yang ada di Ponorogo. "Sebelumnya ada teman saya, tapi beliau meninggal. Kini cuma ada saya karena tidak ada penerus," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini: