Liputan6.com, Denpasar - Ajang pertemuan para penulis dunia kembali digelar dalam helatan tahunan Ubud Writers & Readers Festival 2017. Ada 15 penulis dari berbagai negara ikut berpartisipasi dalam acara yang dipelopori Yayasan Mudra Swari Saraswati tersebut. Penulis muda berbakat itu dipilih sesuai kategori yang ditetapkan oleh panitia secara ketat.
Adapun 15 penulis itu yakni Ade Ubaidi dari Cilegon, Nabil Wibisana dari Kupang, Abdul Azis Rasjid dari Banyumams, Bayu Pratama dari Mataram, Erich Langobelen dari Maumere, Aksan Taqwin Embe dari Tangerang, Mohammad Isa Gautama dari Padang, Morika Tetelapta dari Ambon.
Selain itu Ibe Palogai dari Makassar, Muhammad Subhan dari Padang, Na’imatur Rofiqoh dari Ponorogo, Rahmat Hidayat Mustamin dari Makassar, Taufiqurrahman dari Yogyakarta, Seruni Unie dan Surakarta, dan Rizki Amir dari Sidoarjo.
Founder dan Director Ubud Writers & Readers Festival 2017, Janet Deneefe menjelaskan, 15 penulis itu dipilih berdasarkan hasil karya yang telah mereka publish. "Tim kami menyeleksi dan melihat hasil kerja mereka selama ini," kata Janet saat ditemui Liputan6.com di Press Call di Warwick Ibah, Ubud, Gianyar, Rabu (25/10/2017).
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya, ada lima hal yang menjadi penilaian tim kemudian memutuskan 15 penulis itu. Salah satunya yakni latar belakang dengan konten cerita yang dibahas menjadi aspek penilaian.
"Kami melihat asal mereka dan identitas mereka mungkin ada penulis dari kaum marginal, jadi setiap tahun berbeda, tapi secara umum selalu sama dengan tahun-tahun sebelumnya,” terang Janet.
Menurut dia, bermula dari even sederhana pada 14 tahun lalu, Ubud Writers & Readers Festival kini telah menjelma menjadi even budaya dan sastra yang menarik minat di kawasan Asia Tenggara, bahkan salah satu yang terbaik di dunia.
Tahun ini, Janet melanjutkan, even ini kembali digelar di Ubud sebagai destinasi yang kuat dengan akar budayanya mulai 25-29 Oktober. Tema festival tahun ini yang dipilih adalah ‘Origins’. Ia menjelaskan, tema itu bersesuaian dengan filosofi Hindu Bali yang disebut ‘Sangkan Paraning Dumadi’.
"Yaitu asal mula berbicara tentang koneksi kekekalan kita, dari mana kita berasal dan ke mana kita semua akan kembali. Semua itu akan menghubungkan dan mengajak kita kontemplasi mengenai hubungan kita dengan lainnya, juga sebagai kemanusiaan yang menyeluruh di dunia ini dalam konteks ruang dan waktu. Ini yang kami cari di Ubud Writers & Readers Festival 2017," tuturnya.