Liputan6.com, Jakarta Nasib kota Da Nang pelan-pelan mulai membaik. Jika selama ini sering kali kalah pamor dari Hanoi dengan Ha Long Bay yang tersohor itu, kota Da Nang mulai unjuk gigi sebagai salah satu kota di Vietnam yang layak buat turis kunjungi.
Kota yang merupakan pusat ekonomi terbesar nomor empat di Vietnam ini, tampil ke muka dengan keindahan pantai yang mereka punya. Tak main-main, panjang garis pantai di kota ini mencapai 20 kilometer. Membujur dari utara kota Da Nang sampai ke kota Hoi An. Dengan begitu para turis bebas memilih pantai yang ingin dipijak.
Baca Juga
Advertisement
Itu baru buat si anak pantai. Sedangkan buat anak gunung, kota Da Nang punya Da Nang Marble Mountains dan Gunung Son Thuy. Dan, museum Cham atau The Museum of Cham Sculpture adalah surga kecil di kota Da Nang buat para turis yang suka mempelajari sejarah dunia. Letak museum ini pun tak jauh dari pusat kota. Salah satu operator penyedia jasa tur (line operator/vendor/suplier) di Vietnam, Golden Tour, sudah mulai memasukkan museum Cham ke dalam daftar tempat yang akan turis kunjungi. Terlepas dari diterima atau tidak tempat ini ke travel agen yang mengajak bekerja sama.
Heritage site Vietnam
"Tujuan kita satu, mau memperkenalkan heritage site Vietnam, terutama dari Da Nang," kata Product Manager Golden Tour, Nguyen Bach Lien kepada Liputan6.com di Kota Da Nang, Rabu, 25 Oktober 2017.
Ia "menjual produk" ini karena terinspirasi dari pariwisata di Bali.
Menurut Lien, salah satu produk unggulan yang Bali jual adalah budaya, sejarah, seni, dan kebiasaan yang dikerjakan penduduk asli setempat. Sejauh ini yang bisa diterapkan di kota Da Nang baru sejarah saja.
"Kami juga ingin mempertahankan sejarah itu. Mau beberapa tahun ke depan, wisata ini semakin eksis di Vietnam," kata Lien.
"Selain ke pantai, belanja, dan kuliner, tamu jadi tahu (sejarah) apa yang dimiliki oleh Vietnam," kata Lien menambahkan.
Lantas, apa pendapat pemiliki biro perjalanan wisata di Indonesia yang ikut dalam rombongan Vietnam Heritage Sites 2017? Akankah mereka memasukkan Museum Cham ke dalam daftar perjalanan bagi para tamu?
"Kayaknya, tidak akan saya masukkan," kata Asisstant Director PT Elok Indo Pertiwi Tour and Travel Service, Paulus Suharno. Menurut Paulus, rata-rata orang Indonesia yang traveling ke luar negeri tidak begitu tertarik buat mengunjungi museum. Kecuali, museum tersebut seperti museum nasional yang ada di Paris. Di sana orang-orang tertarik untuk masuk karena ada Piramidanya.
"Terutama museum soal art. Itu 'kan special interest, enggak semua bakalan suka," ujar Paulus.
Paulus menambahkan, orang Indonesia, cenderung menyukai tempat yang sudah populer duluan. Seorang teman atau kerabat pernah ke tempat itu, ia pun tak mau kalah harus ke tempat itu juga.
"Kalau yang di sini, yang dijual cuma menceritakan sejarah masa lalu. Sedangkan orang Indonesia, soal begituan kurang tertarik. Tidak seperti orang-orang barat, yang memang antusias akan sejarah," kata Paulus menekankan.
Jika memang ingin membawa turis dari Indonesia ke museum, pastikan bahwa tempat itu memang sudah diakui oleh UNESCO atau PBB sebagai warisan dunia. Pastikan juga, dari segi bangunan terkesan wah, unik, dan tampak indah bila diabadikan.
Advertisement