Liputan6.com, California - Asteroid adalah salah satu dari beberapa objek luar angkasa yang eksistensinya bisa mengancam Bumi. Meski begitu, ilmuwan NASA yakin asteroid tidak akan berbahaya seperti maraknya pemberitaan yang meresahkan masyarakat selama satu tahun terakhir.
NASA mengungkap telah menghabiskan puluhan tahun untuk bisa mencari berapa banyak asteroid yang ada di sekitar Bumi dan berpotensi mendekati.
Bersama dengan Badan Antariksa lainnya, mereka melacak Near Earth Asteroids (NEA) yang berpotensi bisa mendekati Bumi selama beberapa tahun ke depan.
Baca Juga
Advertisement
Menurut penelitian terbaru, jumlah NEA yang bersifat destruktif alias menghancurkan kini berjumlah 40. Jumlah tersebut menurun dari yang sebelumnya diperkirakan ada lebih dari 100.
Menurut informasi yang dilansir New York Post, Jumat (27/10/2017), peneliti mengamati ukuran asteroid dengan mengukur total albedo, yakni seberapa besar cahaya yang dipantulkan oleh permukaan bebatuan pada asteroid.
"Asteroid yang posisinya dekat dengan Bumi atau NEA memiliki banyak informasi menarik, seperti komposisi, struktur, permukaan, hingga intinya. Kami melihat asteroid memiliki perkembangan albedo yang cepat sehingga memudahkan kami untuk mengintip seperti apa komposisinya," ujar Caitli Ahrens, peneliti NASA yang juga bekerja di University of Arkansas.
Albedo tentu bukan satu-satunya indikator yang menjadi patokan untuk mengetahui apakah asteroid berbahaya atau tidak.
Pasalnya, asteroid besar yang gelap justru memantulkan sedikit cahaya dibandingkan bebatuan kecil dengan permukaan yang lebih cerah.
Senjata Penghancur Asteroid
Meski diklaim aman, NASA tentu tidak berdiam diri dengan upaya penanganan NEA. Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut diketahui mengambil langkah serius demi mengantisipasi serangan asteroid ke Bumi. Salah satunya adalah menciptakan 'senjata' khusus untuk menghancurkan objek luar angkasa tersebut.
Senjata ini merupakan sebuah pesawat luar angkasa kecil dengan senjata api untuk menghancurkan asteroid hingga berkeping-keping.
NASA mengungkap, senjata bernama DART (Double Asteroid Redirection Test) miliknya itu akan rampung dan siap diterbangkan ke luar angkasa pada Oktober 2022.
Tugas DART nanti akan melayang pada trayek yang sudah diatur NASA untuk menemukan dua asteroid biner yang akan dihancurkan, yakni Didymos A dan Didymos B.
Mereka kerap disebut dengan julukan asteroid kembar dan ditengarai merupakan objek yang juga berisiko bisa menghantam Bumi. "Dua asteroid itu akan menjadi sasaran pertama DART," kata Tom Statler, ilmuwan DART di NASA.
"Didymos B ada di orbit dekat Didymos A. Karena itu, sangatlah mudah untuk mencari keduanya. Eksperimen ini tak akan mengubah jarak mereka mendekati Bumi," lanjut Statler.
DART akan menggunakan sistem target on-board, di mana ia akan mendekati Didymos B dan menembakkan senjata api untuk menghancurkannya dalam kecepatan 3,7 mil per detik. Setelah itu, DART baru akan mengincar Didymos A.
"DART adalah langkah paling kritis dalam mendemonstrasikan bagaimana kami bisa melindungi planet dari ancaman asteroid," kata Andy Cheng, salah satu ilmuwan DART dari Johns Hopkins Laboratory.
"Kami tak terlalu tahu seperti apa struktur internal dan komposisi dari objek alam seperti asteroid. Maka itu, Didymos bukan satu-satunya asteroid yang jadi target DART," ia menerangkan.
Advertisement
Fasilitas Pertahanan Khusus
Tak cuma membangun DART, NASA sebelumnya juga membangun fasilitas pertahanan khusus untuk memantau gerak-gerik asteroid. NASA menye/Casbut bangunan ini sebagai 'kantor' barunya, yang juga menjadi bagian dari NASA Planetary Science Division.
Fasilitas bernama Planetary Defense Coordination Office itu memiliki wewenang untuk mengumumkan peringatan benda asing yang berada di dekat Bumi.
Hal tersebut sejalan dengan misi NASA yang sudah dicanangkan sebelumnya, untuk bertugas untuk mendeteksi Near Earth Object (NEO) seperti asteroid dan puing objek sampah luar angkasa.
Untuk memantau gerak-gerik benda luar angkasa, NASA menugaskan divisi Jet Propulsion Laboratory Near Object Program melihat seberapa besar ancaman potensi asteroid ke Bumi berdasarkan sistem monitoring sentry.
Diungkap lebih lanjut, jaringan radio teleskop di seluruh Amerika Serikat dan inframerah teleskop luar angkasa NEOWISE juga turut serta membantu pelacakan dan pengamatan benda asing tersebut.
"Pembentukan fasilitas ini sesuai dengan komitmen NASA untuk menjunjung kepemimpinan nasional dan internasional dalam upaya mendeteksi dampak bahaya alam," tutur Lindley Johnson, Planetary Defense Officer NASA.
Jika benar ada ancaman benda asing yang berada di dekat Bumi, Planetary Defense Coordination Office akan melaporkan ke Federal Emergency Management Agency untuk melakukan tindakan darurat.
Setelah asteroid atau benda lain selesai dideteksi NASA, Badan Antariksa ini akan memperkirakan presisi orbit objek itu untuk segera ditangani.
(Jek/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: