Semburan Lumpur Panas Tasikmalaya Berbau Belerang, Bahayakah?

Saat menyembur pertama kali, lumpur panas yang keluar belum berbau belerang. Bau belerang baru muncul di hari ketiga.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 26 Okt 2017, 15:30 WIB
Saat menyembur pertama kali, lumpur panas yang keluar belum berbau belerang. Bau belerang baru muncul di hari ketiga. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Sejak Senin lalu, warga Dusun Sindangrasa, Desa Cigunung, Kecamatan Parung Ponteng, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat tidak bisa tidur nyenyak. Pasalnya, lumpur panas menyembur dengan bau belerang menyengat berada di dekat mereka.

Kepala Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Tasikmalaya, Farhan menyatakan, sejak kemunculannya terdeteksi Senin lalu, hingga kini luapannya semakin meluas. "Analisis lebih lanjut lingkungannya akan diperiksa di laboratorium di Bandung," ujarnya, Kamis (26/10/2017).

Saat ini, pihaknya tengah fokus mengukur PH, kondumetri data, hantar listrik logam, dan suhu. Sementara, analisis lanjutan bakal melibatkan dari PVMBG.

"Untuk kadar pH 7,4 atau masih berada pada batas normal. Dan jika kurang, berarti berbahaya karena ada kandungannya. Sedangkan, ketinggian juga kembali normal, tidak seperti awal semburan," ujarnya.

Pemilik lahan, Ma'mur Maulana mengatakan, awalnya lokasi semburan lumpur merupakan gunung batu yang ditambang untuk mendapatkan air bersih. Namun baru dibor di kedalaman 50 meter dari 100 meter yang direncanakan, keluar semburan lumpur panas.

"Saat kali pertama menyembur tidak berbau, namun berlumpur, tetapi mulai hari ketiga sekarang mulai ada bau belerang," kata dia.

Ia berharap pemerintah segera memberikan informasi yang akurat agar warga tidak panik. "Warga berharap segera ditanggulangi. Warga ingin ada kejelasan apakah ada zat berbahaya atau tidak," kata dia.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, EZ Alfian mengatakan, kasus semburan lumpur yang terjadi di Parungponteng itu, tidak sama dengan luapan lumpur Lapindo. Ia menyebut, kandungan air dan bau belerang tidak berbahaya bagi masyarakat.

"Pengeboran yang telah dilakukan oleh Pos Komite Peduli Umat Mandiri Amal Insani untuk sementara dihentikan setelah melakukan pengeboran di kedalaman 50 meter dengan target 100 meter," ujarnya.

Di tempat berbeda, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum meminta agar masyarakat tidak cemas dan khawatir terkait semburan lumpur panas yang keluar sejak Senin lalu, 23 Oktober 2017. Sebab, hasil penelitian sementara, air yang disemburkan tidak mengandung zat beracun meskipun berbau belerang.

"Kejadian itu bukan seperti Lapindo, tapi di dalam dipastikan ada lubang dan pada saat pengeboran adanya magma yang muncul hingga menyemburkan lumpur dan air panas," ujarnya.

Ulum juga meminta agar petugas BPBD tetap siaga memantau keadaan dan memberikan informasi yang akurat bagi masyarakat. "Mudah-mudahan lokasi tersebut bisa normal kembali," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya