5 Lapangan Migas yang Berproduksi Selama 3 Tahun Jokowi-JK

SKK Migas melaporkan ada lima lapangan migas yang berproduksi selama tiga tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Okt 2017, 13:15 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, ada lima lapangan migas yang berpoduksi selama tiga tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).

"Capaian 3 tahun Presiden Jokowi ada lima proyek yang berhasil diselesaikan," kata Amien, saat memaparkan capaian sektor hulu migas selama Kabinet Kerja sampai September 2017, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Jumat (27/10/2017).

Amien menyebutkan, lapangan migas yang beroperasi dalam periode tiga tahun Pemerintahan‎ Jokowi terebut adalah lapangan Banyu Urip bagian dari Blok Cepu, di Bojonegoro Jawa Timur. Investasi lapangan tersebut sebesar US$ 3,38 miliar. Saat ini produksi minyak dari Banyu Urip mencapai 200 ribu barel per hari (bph).

‎"Proyek ini berkontribusi besar pada pelatihan keterampilan penduduk lokal. Proyek ini berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal di Bojonegoro," papar Amien.

Amien melanjutkan, lapangan berikutnya adalah Bangka yang merupakan bagian dari proyek pengembangan laut dalam (Indonesian Deep Water Development/IDD). Saat ini lapangan tersebut memproduksi gas 100 MMSCFD dan 4 ribu barel per hari (bph) kondesat.

"Lapangan Bangka onstream Agustus 2016, nilai investasinya US$ 6,98 miliar," ujar Amien.

Ketiga lapangan Donggi, Matindok dan Senoro. Donggi dan Matindok beroperasi pada April 2017 memproduksi gas 90 MMSCFD, dengan nilai investasi US$ 762,1 juta, sedangkan lapangan Senoro beroperasi pada September 2014 memproduksi gas 270 MMSCFD, dengan nilai investasi US$ 815,5 juta.

Berikutnya adalah Lapangan Jangkrik, beroperasi pada Mei 2017, menghasilan gas 600 MMSCFD dan kondensat 3.200 bph. Nilai investasi dari lapangan migas tersebut mencapai US$ 3,77 miliar.

Sedangkan yang kelima adalah Lapangan Madura BD, beroperasi pada Juni 2017, dengan nilai investasi US$ 642,1 juta. Lapangan tersebut menghasilkan gas sebesar 46 MMSCFD dan kondensat 3.000 bph.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Target Produksi Minyak RI Turun pada 2018

Sebelumnya, produksi minyak Indonesia ‎pada 2018 diprediksi mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan masih rendahnya harga minyak dunia yang mengakibatkan lesunya kegiatan pencarian minyak.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2018, yang telah diumumkan Presiden Joko Widodo dalam pidato no‎ta keuangan, harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) ditetapkan US$ 48 per barel.

Sedangkan target produksi minyak Indonesia sebesar 800 ribu barel per hari (bph) dan gas 1,2 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEP). Dengan begitu, total produksi minyak dan gas bumi Indonesia (migas) 2018 sebesar 2 juta BOEPD.

"Jadi tadi sesuai pidato Pak Presiden tentang nota keuangan RAPBN 2018 sidang paripurna di DPR," kata Jonan, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu 16 Agustus 2017.

Jonan mengakui, target produksi minyak yang ditetapkan dalam RAPBN 2018 tersebut jauh lebih rendah, dari targe‎t yang ditetapkan dalam APBN 2017 yaitu 815 ribu bph.

‎"Tahun ini targetnya 815 ribu, agak turun," ucap Jonan.

Menurut Jonan, penurunan target produksi minyak tersebut diakibatkan oleh kondisi produksi sumur minyak Indonesia yang menurun, serta kegiatan pencarian minyak yang kurang bergairah akibat belum membaiknya harga minyak dunia.

"Karena kondisi lapangan turun, program Enhance Oil Recovery ( EOR) tidak banyak, karena EOR dengan kondisi harga sekarang di bawah US$ 50 per barel, sekarang rata-rata US$ 48 per barel, EOR nggak terlalu menarik," papar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya