Pertumbuhan Otak Manusia Semakin Mengecil

Otak manusia secara berangsur-angsur menyusut selama 20 ribu tahun terakhir, berdasarkan sebuah laporan terbaru. Penyusutan ini terjadi setelah selama dua juta tahun tempurung kepala manusia tumbuh ukurannya. Penciutan ini terjadi seluruh dunia, di kedua jenis kelamin dan di setiap ras.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Jan 2011, 07:21 WIB
 Liputan6.com, Jakarta: Otak manusia secara berangsur-angsur menyusut selama 20 ribu tahun terakhir, berdasarkan sebuah laporan terbaru. Penyusutan ini terjadi setelah selama dua juta tahun tempurung kepala manusia  tumbuh ukurannya. Penciutan ini terjadi seluruh dunia, di kedua jenis kelamin dan di setiap ras.

Selama 20 ribu tahun terakhir, rata-rata volume otak laki-laki berkurang dari 1.500 kubik sentimeter menjadi 1.350 kubik sentimeter atau berkurang seukuran sebuah bola tenis," tulis Kathleen McAuliffe dalam majalah Discover.

"Otak perempuan menyusut kira-kira dengan proporsi yang sama." Ia mengomentari Dr John Hawks, Antropolog dari universitas Wisconsin, yang berpendapat bahwa fakta  ukuran otak yang mengecil tak berarti bahwa intelejensia manusia juga ikut berkurang. Beberapa Pakar paleontologi sepakat dengan diagnosis bahwa otak kita menjadi lebih kecil tetapi bertambah efisien. Tetapi pihak lainnya yakin bahwa seiring evolusi, manusia memang makin bodoh.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh David Greary dan Drew Bailey, ilmuwan kognitif dari universitas Missouri mengeksplorasi bagaimana ukuran tempurung berubah seiring adaptasi manusia pada  peningkatan lingkungan sosial yang kompleks antara 1.9 juta dan 10 ribu tahun lalu. Mereka menemukan bahwa ketika populasi kepadatan rendah, tempurung menambah ukurannya, tetapi ketika populasi di wilayah tertentu berubah dari terpencar menjadi padat, ukuran tempurung kita berkurang.

Mereka menyimpulkan bahwa seiring dengan hadirnya masyarakat yang kompleks, otak tumbuh lebih kecil karena orang tak pandai untuk  bertahan hidup. Dr Greary menentang sterotipe bahwa leluhur kita lebih pintar ketimbang kita. Ia mengatakan "Leluhur kita bukanlah intelektual atau memiliki kesetaraan kreativitas karena mereka kekurangan dukungan budaya yang sama." (Discover/Ant/ARI)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya