Liputan6.com, Jakarta - Keluarga besar Watson Franklin Mandujano Doroteo, seorang pemuda asal Peru yang dinyatakan meninggal dunia beberapa waktu lalu, dibuat kaget dengan penampakan tak biasa dari jasad salah satu anggota keluarganya.
Saat upacara pemakaman akan dimulai, dan jasad Doroteo sudah dimasukkan ke dalam peti, tiba-tiba otot perut jasad bergerak.
Dikutip dari laman Independent.co.uk, tulang rusuk Doroteo seakan-akan naik turun menunjukkan bahwa pria tersebut masih menghela napas.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, Doroteo dinyatakan meninggal dunia oleh dokter setelah mengalami demam dan menggigil pasca-operasi pencabutan akar gigi pada 21 Oktober 2017.
Ketika melihat adanya tanda-tanda kehidupan, keluarga Doroteo langsung menelepon tim medis untuk kembali menjalani pemeriksaan.
Menurut laporan dari surat kabar Argentina Los Andes, dokter yang telah tiba di kediaman Doroteo percaya bahwa jasad pria itu menunjukkan tanda-tanda kehidupan nyata.
Tak lama setelah melihat tanda-tanda keajaiban tersebut, Doroteo langsung dikeluarkan dari peti dan dipindahkan ke rumah sakit.
Namun, belum lama setelah dibawa ke rumah sakit, pria itu kembali dinyatakan meninggal dunia. Kerabat terdekat dari Doroteo menyebut pria itu sebenarnya masih hidup tapi telah lama terbius oleh obat-obatan yang diberikan oleh dokter saat menjalani operasi gigi.
Tak banyak kasus gerakan otot perut yang ditunjukkan oleh jasad seseorang saat upacara pemakamannya berlangsung. Namun, ada beberapa kasus di mana seseorang bangkit dari peti jenazah setelah dilaporkan meninggal dunia.
Seperti dilansir dari berbagai sumber, berikut 4 kisah manusia yang hidup kembali saat upacara pemakaman:
1. Jenazah Bangkit dan Hidup Lagi Saat Hendak Dimandikan
Orang yang telah meninggal dunia, umumnya tak akan bernapas lagi atau hidup kembali. Namun apa yang terjadi di Dumba Goth, pinggiran Karachi, Pakistan, tak demikian.
Dilansir dari The News, wanita bernama Manzooran Mai itu mengklaim dirinya sudah meninggal dunia selama delapan jam sebelum tiba-tiba kembali bernapas dan berbicara.
Tak hanya itu, di kehidupannya yang kedua, suara wanita itu otomatis berubah menjadi seperti anak-anak.
Empat hari sebelumnya, Manzooran Mai dan keluarganya pergi ke Dumba Goth, Karachi, dan Muzaffargarh. Sang suami mengatakan bahwa Mai sudah meninggal. Setelah delapan jam, ia dibawa ke kamar mayat Edhi di Sohrab Goth untuk ritual ghusal (pemandian mayat).
"Sementara persiapan untuk ghusal sedang dilakukan, Manzooran Mai tiba-tiba hidup kembali dan mulai berbicara dengan suara seorang anak," kata suaminya.
Mai mengatakan suara seperti anak-anak yang dimilikinya saat ini bukanlah hal disengaja. Namun anehnya, saat dipaksa mengatakan sesuatu dengan suara anak pada kamera, dia setuju dan mulai berbicara dengan suara tersebut.
Perbuatan itu justru menimbulkan pertanyaan mengenai kebenarannya.
Advertisement
2. Bangun di Kamar Mayat
Setelah nafasnya berhenti dan jantungnya tidak lagi berdetak, Janina Kilkiewicz, 91, dinyatakan meninggal. Ia dipindahkan ke kamar mayat, seperti orang-orang lainnya yang meninggal di rumah sakit.
Namun, staf di kamar mayat melihat ada gerakan di kantung yang digunakan untuk meletakkannya. Mereka pun melakukan investigasi.
Setelah itu, Janina yang tinggal di Polandia dicabutkan sertifikat kematiannya, dan diperbolehkan pulang kembali. Demikian dilaporkan oleh BBC.
Untuk beberapa lama, ia bisa beraktifitas seperti manusia normal yang masih hidup, walau mengidap demensia. Menariknya, karena demensia, ia tidak mengingat kisah yang dialaminya sebelum menemui ajal sesaat.
3. Bangun Saat 'Selamat Tinggal' Terakhir
Seorang wanita dinyatakan sudah meninggal, dibungkus dalam plastik, dan diletakkan di kamar mayat.
Namun, saat putrinya pergi mengunjunginya untuk mengucapkan selamat tinggal, ia bernafas kembali.
Menurut Metro.co.uk, wanita 60 tahun ini sudah berada dalam bungkusan plastik dan masuk di laci mayat yang dilengkapi pendingin. Setelah 'meninggal' dari infeksi paru-paru di Rumah sakit Estadual Adao Pereira Nune, Brazil.
Saat anak perempuannya, Rosangela Celestrinopergi ke kamar mayat untuk memberinya satu pelukan lagi, ia merasakannya masih bernafas. Dokter yang kemudian memeriksa tubuhnya pun menyatakan wanita ini masih hidup.
Advertisement
4. Sempat Meninggal Selama 40 Menit
Maut selalu mengintai. Tak ada yang tahu pasti kapan ajal akan datang menjemput. Begitulah hal yang dirasakan oleh John Ogburn--yang kembali hidup setelah detak jantungnya sempat terhenti selama 40 menit.
Dikutip dari laman BBC, pria berusia 36 tahun itu mendadak terkena serangan jantung saat tengah mengerjakan tugas dengan laptopnya. Peristiwa ini terjadi pada 26 Juni 2017 di kediamannya di North Carolina, Amerika Serikat.
Dua anggota kepolisian yang kebetulan tengah berjaga di dekat rumah Ogburn segera mengambil tindakan resusitasi jantung (CPR).
Resusitasi jantung adalah sebuah prosedur medis yang melibatkan kompresi berulang pada dada pasien. Hal ini dilakukan dalam upaya mengembalikan sirkulasi darah dan pernapasan seseorang yang telah menderita serangan jantung.
Kedua petugas kepolisian itu secara bergantian menghidupkan kembali ayah dari tiga tersebut.
Setelah melakukan CPR selama 40 menit secara bergantian, tiba-tiba Ogburn menunjukkan tanda-tanda hidup kembali.
Saat detak jantung mulai dirasa, kedua polisi itu segera melarikan Ogburn ke rumah sakit. Setiba di ruang perawatan, tim medis melakukan tindakan agar pasien dapat kembali sadar.
Setelah menjalani perawatan selama satu minggu, Ogburn mulai siuman dan tak disarankan untuk kembali bekerja. Selain itu, dokter juga menyarankan agar pasien tak mengemudi selama enam bulan ke depan karena kondisinya yang masih dianggap lemah.
"Saya sudah merasa lebih baik, meski energi saya belum pulih seutuhnya," ujar Ogburn.
"Saya mengira, rutinitas yang selalu berubah-ubah membuat detak jantung saya terhenti," tambahnya.
Dari kejadian tersebut, Ogburn ingin memanfaatkan kesempatan kedua yang telah diberikan oleh Tuhan kepada dirinya.
Tak hanya itu, Ogburn juga merasa berutang budi kepada dua anggota kepolisian yang telah menyelamatkan nyawanya.
Menanggapi hal tersebut, Dr Michael Kurz dari asosiasi profesor di University of Alabama School of Medicine mengatakan, "Apabila detak jantung berhenti dan CPR tak segera dilakukan maka kesempatan bertahan hidup bagi seseorang akan berkurang 10 persen."
Dr Michael Kurz juga mengatakan, lebih dari 350 ribu kasus serangan jantung di luar rumah sakit terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Sekitar 90 persen di antaranya meninggal dunia karena tak mendapatkan pertolongan CPR.